Ketika kami kembali ke tempat semula
kudapati suamiku dan istri Priyono sudah tidak ada di sana. Aku pikir
mereka sudah tidak sabar lagi dan masuk ke cottagenya ketika kami sedang
berdansa tadi. Baru saja kami duduk tiba-tiba sepasang suami istri
datang menghampiri kami dan mengulurkan tangannya.
"Saya Alex.., dan ini istri saya Mira", katanya memperkenalkan diri.
Priyono dan aku menyebutkan nama kami masing-masing. Selanjutnya kami berbasa-basi berbincang-bincang sejenak.
"Anda dapat nomor berapa?" dia bertanya kepada Priyono.
"Enam!" jawab Priyono singkat.
"Saya nomor delapan dan istri saya nomor enambelas" katanya.
Aku jadi tersentak seketika, demikian juga Priyono.
"Itu adalah nomorku", kataku. "Oh ya!" kata Alex agak kaget. "Saya kira
anda berdua sudah bernomor sama.., tapi anda kan bukan pasangan suami
istri?" katanya lagi.
"Ya..!" kataku hampir serempak.
Kemudian dia berpaling kepada Priyono dan mengamit lengannya menjauhi kami.
"Bolehkah kita bernegosiasi.." bisiknya kepada Priyono.
"Saya lihat anda senang sekali dengan nomor delapan. Sebenarnya saya
juga senang dengan penampilannya, akan tetapi saya sudah mempunyai janji
dengan nomor enam. Bagaimana kalau kita bertukar nomor? Anda mengambil
nomor delapan dan saya nomor enam. Sedangkan istri saya memang sudah
sesuai dengan nomor enambelas yang juga kebetulan tuan rumah kita.
Memang hal ini tidak diperbolehkan apabila ada anggota lainnya yang
tahu. Tapi saya harap hal ini hanya di antara kita saja."
Bagaikan mendapatkan durian runtuh, Priyono segera saja mengiyakan. Kemudian kulihat mereka bertukar nomor kunci.
"Oh, dear!" kata Alex. "Kali ini saya tidak akan menginterupsi kalian.
Lain kali saya harap saya dapat nomor anda lagi!" Kemudian dia
melingkarkan tangannya ke tubuhku dan memberikan sebuah kecupan kecil di
bibirku. Selanjutnya tidak ayal lagi Priyono segera memegang tanganku
dan menuntunku menuju cottage nomor delapan.
Ketika kami memasuki pintu cottage itu aku berpikir di sinilah
kemungkinan awalnya perubahan hidupku. Seumur hidupku aku belum pernah
melakukan hubungan badan dengan laki-laki lain kecuali dengan suamiku
sendiri, akan tetapi hal itu akan berubah dalam waktu beberapa menit
ini. Aku akan menjadi seorang istri yang serong dan semuanya ini
disebabkan oleh ulah suamiku sendiri. Apakah ada orang yang akan percaya
mengenai hal itu? Secara jujur begitulah keadaanku dan itulah apa yang
kupikirkan waktu itu. Aku tahu dengan ini aku memberikan suamiku semacam
kepuasan seks lain sebagaimana yang dia inginkan.
Begitu memasuki cottage itu Priyono langsung merangkulku dan mulai
menghujani wajahku dengan kecupan-kecupan kecil. Dia kelihatan begitu
sangat bernafsu sekali terhadap diriku. Aku benar-benar tidak menyangka
Priyono dapat bersikap seperti itu. Selama ini kukenal dia wajar-wajar
saja apabila bertemu denganku. Apakah pada acara-acara rutin kami atau
kesempatan lainnya. Kupikir apakah hal itu akibat pengaruh alkohol yang
diminumnya tadi atau mungkin juga memang sejak dahulu dia sudah
mempunyai minat yang besar terhadap diriku namun dia terlalu sopan untuk
mengungkapkannya dalam kesempatan yang biasa.
Tidak berapa lama kemudian tangannya segera menyusup ke balik busanaku
yang memang berpotongan rendah dan menjalar menelusuri punggungku.
Tiba-tiba kusadari betapa nikmatnya itu semua. Aku merasakan suatu hal
yang luar biasa yang belum pernah kualami sebelumnya, aku merasa
bagaikan kembali pada saat-saat dimana aku mengalami ciuman yang pertama
dari seorang laki-laki. Hanya kini rasa sensasi yang muncul dalam
diriku aku rasakan tidak asing lagi. Aku ingin segera ditiduri.
Ketika bibirnya menempel di bibirku aku pun langsung melumatnya dengan
kuat. Selanjutnya dia merenggangkan mulutku dan mendorongkan lidahnya di
antara gigiku mencari-cari lidahku yang segera kujulurkan untuk
menyambutnya. Sungguh merupakan suatu ciuman yang panjang dan lama
sekali. Selanjutnya dengan segera tangannya mulai meraba daerah sekitar
buah dadaku. Aku mempunyai suatu kelemahan mengenai buah dadaku, aku
maksudkan buah dadaku sangat sensitif sekali. Begitu buah dadaku
tersentuh maka praktis akan membuatku terus bergelinjang. Oleh sebab itu
ketika tangannya menyentuh langsung puting susuku maka aku menjadi
bergelinjang dan meliuk-liuk dengan liarnya. Jari-jariku menghujam di
punggungnya menahan suatu perasaan yang sangat dahsyat.
Pada saat tubuh kami terlepas satu sama lainya, nafas kami pun memburu
dengan hebat. Dia mulai meneliti busanaku mencari kancing atau pun
reitsleting untuk segera melepaskan busana itu dari tubuhku. Akan tetapi
busanaku memang hanya mempergunakan karet elastis saja, maka dengan
mudah aku segera melepaskan busana itu melalui kepala. Aku tidak
mengenakan apa-apa lagi di balik busanaku itu kecuali dua carik pakaian
dalam model bikini yang tipis dengan warna yang senada dengan kulitku.
"Saya senang dengan puting susu yang besar", katanya sambil menyentuh
puting susuku dengan lembut. "Karena cukup untuk menyusui anaknya dan
sekaligus bapaknya." Aku tidak menjawab. Kupikir dalam kesempatan
seperti ini dia masih saja bisa berkelakar. Akan tetapi sebenarnya saat
itu aku juga ingin berkata kepadanya bahwa aku juga ingin segera
menyaksikan bagaimana bentuk tubuh aslinya di balik kemeja dan
pantalonnya itu. Namun aku merasa masih sangat malu untuk berkata secara
terus terang. Rupanya dia dapat membaca apa yang ada dalam pikiranku.
Sehingga selanjutnya kudapati dia mulai membuka kancing kemejanya dan
melepaskan kemeja itu dari tubuhnya.
Aku masih teringat bagaimana bentuk dadanya itu dan bagaimana ketika dia
memperlakukan diriku. Dadanya kecoklat-coklatan hampir berwarna sawo
matang penuh ditumbuhi dengan bulu dada keriting berwarna hitam di
tengahnya. Otot-ototnya pun semua kelihatannya sangat kokoh dan
seimbang. Ingin rasanya aku menyentuhkan wajah serta puting susuku ke
dadanya, dan tidak berapa lama kemudian secara tidak kusadari aku telah
melakukan hal itu. Aku mengecup dadanya kemudian puting susunya. Betapa
aku menggali kenikmatan dari itu semua.
Ketika aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya, aku dapat merasakan gumpalan
alat kejantanannya di balik pantalonnya yang sudah menjadi besar dan
keras sekali. Dia menggesek-gesekkan alat kejantanannya tersebut ke
tubuhku yang hanya mengenakan BH serta celana dalam nylon yang tipis.
Sementara itu tangannya telah menyusup ke balik celana dalamku
menelusuri daerah sekitar pantatku dan meremas-remasnya dengan kuat
daging pantatku yang lembut dan berisi. Selanjutnya dengan serta merta
dia melucuti celana dalamku ke bawah kakiku, sementara aku pun merasa
semakin bergelinjang dengan hebatnya. Segera saja kulemparkan celana
dalam itu dengan kakiku jauh-jauh dari tubuhku. Dia pun kini melepaskan
BH-ku sehingga kini tubuhku benar-benar berada dalam keadaan
bertelanjang bulat berdiri di hadapannya.
Kemudian Priyono agak menjauh beberapa saat untuk menurunkan reitsleting
calananya. Begitu reitsleting diturunkan dalam sekejap pantalonnya pun
juga ikut tergusur ke bawah. Dan sudah barang tentu pemandangan
selanjutnya yang kusaksikan adalah sebuah alat kejantanan yang sangat
besar dan gempal sedang berdiri dengan tegaknya menentang diriku.
Aku tidak melihat banyak perbedaan dengan bentuk alat kejantanan
suamiku, akan tetapi yang mengesankan adalah alat kejantanan yang
kulihat sekarang adalah milik seorang laki-laki lain walaupun dia
sahabat suamiku. Seumur hidupku aku belum pernah menyaksikan alat
kejantanan seorang laki-laki dewasa yang begitu dekat jaraknya dengan
tubuhku kecuali alat kejantanan suamiku sendiri, apalagi aku sendiri
dalam keadaan bertelanjang bulat, dan tidak berapa lama lagi dia akan
menyetubuhi diriku dengan alat tersebut. Sehingga secara tidak sadar
kurasakan timbul suatu keinginan dalam diriku untuk segera memegang
bahkan menghisap alat kejantanan itu, akan tetapi sekali lagi aku masih
tidak mempunyai keberanian melakukan hal itu.
Selanjutnya Priyono meraih dan membopong tubuhku yang telah bertelanjang
bulat itu ke atas tempat tidur. Aku segera telentang di sana dengan
segala kepolosan tubuhku menanti kelanjutan dari dari kesemuanya itu
dengan pasrah. Akan tetapi rupanya Priyono belum mau memasukkan alat
kejantanannya ke liang kewanitaanku. Dia masih tetap saja berdiri
menikmati pemandangan keindahan tubuhku dengan pandangan yang penuh
dengan kekaguman.
Tatapan mata Priyono ke seluruh tubuhku yang bugil di lain keadaan juga
menumbuhkan semacam perasaan erotis dalam diriku. Aku merasakan adanya
suatu kenikmatan tersendiri bertelanjang bulat di hadapan seorang
laki-laki asing yang bukan suamiku sendiri dan memperlihatkan seluruh
keindahan lekuk tubuhku yang selama ini hanya disaksikan oleh suamiku
saja. Sehingga secara tidak sadar kubiarkan tubuhku dinikmati mata
Priyono dengan sepuas-puasnya. Malahan ketika tatapan mata Priyono
menyapu bagian bawah tubuhku secara reflek aku renggangkan keduabelah
pahanya agak lebar seakan-akan ingin memberikan kesempatan yang lebih
luas lagi kepada mata Priyono untuk dapat menyaksikan bagian dari
tubuhku yang paling sangat rahasia bagi seorang wanita.
Puas menikmati keindahan tubuhku kini tangan Priyono mulai sibuk di
seluruh tubuhku. Tangannya mulai meraba dan meremas seluruh bagian
tubuhku yang sensitive. Mulai dari buah dadaku yang subur berisi sampai
pada liang senggamaku yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yang sangat
lebat. Aku menjadi tambah bergelinjang dan tubuhku terasa bergetar
dengan hebat. Secara tidak sadar aku mulai menggoyang-goyangkan
pinggulku dengan hebat. Liang senggamaku tambah berdenyut dengan hebat
dan terasa licin dengan cairan yang keluar dari dalamnya. Aku heran
bagaimana seorang laki-laki yang bukan suamiku dapat membuat diriku
menjadi sedemikian rupa. Tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa aku
dapat merasakan gelinjang birahi yang sedemikian hebat dari laki-laki
lain yang bukan suamiku.
Tidak berapa lama kemudian dia berlutut di depanku dan merenggangkan
kedua belah pahaku lebih lebar lagi. Selanjutnya dia merangkak di antara
kedua belah pahaku dan menatap langsung ke arah alat kewanitaanku. Lalu
dia membungkukkan tubuhnya agak rendah dan mulai menciumi pahaku yang
lama kelamaan semakin dekat ke arah liang kenikmatanku. Kembali aku
merasakan suatu sensasi yang hebat melanda diriku. Aku benar-benar
merasa semakin bertambah liar.
Aku berteriak liar dengan suara yang sukar dipercaya bahwa itu keluar
dari mulutku. Bagaikan serigala yang ganas Priyono segera melumat
habis-habisan alat kewanitaanku. Mula-mula dia menjulurkan lidahnya dan
mulai menyapu klitorisku dengan sangat halus sekali namun cukup untuk
membuatku menjadi lupa daratan. Pinggulku secara otomatis mulai bergerak
turun naik bagaikan dikendalikan oleh sebuah mesin dalam tubuhku.
Priyono kemudian menurunkan lidahnya lebih ke bawah lagi dan membuat
putaran kecil di sekitar liang senggamaku dan akhirnya dia sorongkan
lidahnya dengan mahir ke dalamnya. Aku merasakan darahku menggelegak.
Lidahnya terus keluar masuk berputar-putar menari-nari. Betapa tingginya
seni permainan lidahnya itu tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata.
Lebih jauh dari itu aku tidak tahan lagi dan aku langsung mencapai
puncak orgasme yang hebat.
"Sudah.. sudahlah", akhirnya aku berkata. Priyono tetap meneruskan
melahap liang senggamaku. Sementara itu aku terus-menerus mengalami
orgasme bertubi-tubi namun pada akhirnya dia berhenti juga. Dan pada
saat dia mengambil posisi untuk menyetubuhi diriku, aku segera bangkit
dan kini tanpa merasa risih lagi aku segera meraih alat kejantanannya
yang hangat berwarna kemerah-merahan lalu memasukkannya ke dalam mulutku
dan mulai bekerja dengan lidahku di sepanjang alat kejantanannya yang
begitu terasa keras dan tegang. Aku merasakan suatu kenikmatan yang lain
yang belum pernah aku rasakan. Aku merasakan alat kejantanan Priyono
mempunyai aroma yang berlainan dengan alat kejantanan suamiku.
Kini aku baru sadar alat kejantanan dari setiap laki-laki juga mempunyai
perbedaan rasa yang khas yang tidak sama antara satu lelaki dengan
lelaki lainnya. Bukan saja dari bentuk dan ukurannya akan tetapi juga
dari aroma yang dipancarkan oleh masing-masing alat kejantanan itu.
Selain itu aku merasakan alat kejantanan laki-laki lain ternyata terasa
lebih nikmat daripada alat kejantanan suamiku sendiri. Mungkin hal itu
karena aku mendapatkan sesuatu yang lain dari apa yang selama ini
kurasakan. Jadi walaupun serupa tetapi tidak sama rasanya.
"Sekarang giliranku untuk meminta berhenti", katanya dengan tenang.
Sebenarnya aku enggan melepaskan alat kejantanan yang menggiurkan itu
dari mulutku. Aku ingin merasakan betapa alat kejantanannya itu
memancarkan sperma dalam mulutku, akan tetapi kupikir tidak akan
senikmat sebagaimana bila alat kejantanannya itu meledak dalam rahimku
dalam suatu persetubuhan yang sempurna, sehingga kuturuti permintaannya
dan membaringkan tubuhku dengan kedua belah kakiku ke atas. Selanjutnya
aku menyaksikan sebuah dada yang bidang menutupi tubuhku dan tidak lama
kemudian kurasakan alat kejantanannya itu mulai terbenam ke dalam liang
senggamaku yang hangat dan basah. Aku jadi agak mengerang kecil ketika
alat kejantanan yang besar dan gempal itu memasuki tubuhku.
"Oh, sayang.., sayang", kata Priyono bergumam.
"Teruskan.., teruskan! Rasanya dahsyat sekali..!" kataku secara spontan
sambil mengencangkan otot liang senggamaku sehinga alat kejantanan
Priyono itu terjepit dengan kuat. Kemudian dengan suatu kekuatan
bagaikan sebuah pompa hydroulis, liang kewanitaanku menghisap
dalam-dalam alat kejantanan itu sehingga terasa menyentuh leher rahimku.
Secara perlahan-lahan dia mulai menggerakkan tubuhnya di atas tubuhku.
Untuk beberapa saat aku telentang tanpa bergerak sama sekali menikmati
diriku disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan suamiku. Sungguh
sulit dipercaya, aku merasa hal ini sebagai suatu mimpi. Seorang
laki-laki lain yang bukan suamiku kini sedang memasukkan alat
kejantanannya ke dalam tubuhku dan aku pun sedang menggali semua
kenikmatan darinya.
Selanjutnya aku mulai menggoyang-goyangkan pinggulku dalam suatu putaran
yang teratur mengikuti gerakan turun naik tubuhnya. Dengan garang
Priyono terus-menerus menikamkan alat kejantanannya sedalam-dalamnya ke
liang senggamaku secara bertubi-tubi. Alat kejantanannya dengan teratur
keluar masuk dan naik turun di liang senggamaku yang membuka serta
meremas dengan erat alat kejantanan itu. Aku merasakan persetubuhan yang
sedang kami lakukan ini betul-betul sangat hebat. Dan kesemuanya ini
disebabkan oleh alat kejantanan seorang laki-laki lain yang bukan
suamiku.
Selanjutnya Priyono mulai menghujamkan tubuhnya ke tubuhku semakin kuat
dan semakin kencang. Kami jadi bergumulan dengan hebat di atas tempat
tidur saling cabik mencabik tubuh masing-masing. Tubuh kami bersatu dan
merenggang dengan hebat. Setiap hunjamannya membawaku ke suatu alam
fantasi yang jauh entah dimana yang tidak pernah kuketahui dan belum
pernah kualami sebelumnya. Yang aku tahu pada saat itu hanyalah suara
desahan kenikmatan yang keluar dari mulut kami masing-masing.
Tiba-tiba puncak dari itu semua, kurasakan alat kejantanannya yang
berada dalam liang senggamaku menjadi sedemikian membesar dan tegang
dengan keras. Liang senggamaku pun terasa berdenyut lebih keras lagi dan
akhirnya aku merasakan suatu cairan yang hangat dan kental terpancar
dari alat kejantanannya membanjiri liang senggamaku. Nafas Priyono
dengan kuat menyapu wajahku. Saat yang mendebarkan itu berlangsung lama
sekali. Sangat sukar aku lukiskan betapa kenikmatan yang kualami dari
kesemuanya itu. Akhirnya kami terbaring dengan segala kelelahan namun
dalam suatu alam kenikmatan lain yang belum pernah aku alami bersama
suamiku. Yang terang ketika Priyono menarik alat kejantanannya dari
liang senggamaku, aku merasakan ada sesuatu yang hilang dari dalam
tubuhku.
Sisa malam itu tidak kami sia-siakan begitu saja. Kami menghabiskan sisa
malam itu dengan melakukan hubungan intim beberapa kali lagi bagaikan
sepasang suami-istri yang sedang berbulan madu dalam suatu hubungan
persetubuhan yang sangat dahsyat dan belum pernah kualami bersama
suamiku selama ini. Kami terus berasyik-masyuk sampai saat-saat terakhir
kami kembali ke rumah masing-masing ketika hari sudah menjelang subuh.
Keesokan harinya ketika aku terbangun, aku merasa bagaikan seorang
wanita yang baru dilahirkan kembali. Demikian pula suamiku. Aku
merasakan adanya suatu kesegaran dan kecerahan lain dari yang lain dan
penuh dengan semangat kegairahan hidup. Hal ini membawa pengaruh kepada
hari-hariku selanjutnya. Aku merasa mendapatkan suatu horizon baru dalam
kehidupan. Demikian juga suamiku, kurasakan cinta kasih kami semakin
bertambah dari waktu-waktu sebelumnya. Kehidupan rumah tangga kami
serasa lebih harmonis penuh dengan keceriaan dan kegembiraan daripada
waktu-waktu yang lalu. Dengan demikian tidak mengherankan kiranya
apabila aku dan suamiku terus menghadiri arisan itu beberapa kali dan
selama itu pula aku telah dapat merasakan berbagai macam type alat
kejantanan laki-laki dalam berbagai macam bentuk dan ukuran serta
berbagai macam tehnik permainan hubungan kelamin dengan para suami orang
lain. Akan tetapi yang penting dari kesemuanya itu, di lain keadaan,
aku menyadari suatu hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan maupun
kubayangkan sebelumnya, bahwa alat kejantanan suami kita sendiri
sesungguhnya juga mempunyai suatu keistimewaan tersendiri. Aku dapat
mengetahuinya kesemuanya itu karena aku telah dapat membandingkannya
dengan alat kejantanan dari suami-suami orang lain.
TAMAT