Tulisan ini diangkat berdasarkan kisah
dan pengalaman yang sesungguhnya dengan nama pelaku serta tempat yang
telah diubah. Apabila terdapat kesamaan nama maupun tempat peristiwa
dalam tulisan ini, hal itu hanya merupakan suatu kebetulan belaka dan
tidak ada hubungannya dengan siapa pun juga.
"Apa yang akan aku lakukan di sini?" pikirku ketika tiba di depan pintu
gerbang villa itu. Villa tersebut terletak di sebuah bukit terpencil di
tengah kerimbunan hutan pinus. Untuk sampai di sana kita harus melalui
sebuah jalan kecil yang merupakan jalan pribadi yang menghubungi villa
tersebut dengan jalan utama. Di ujung jalan tersebut kita akan menjumpai
sebuah pintu gerbang yang kokoh terbuat dari besi memagari sebuah
bangunan artistik dikelilingi oleh taman yang asri. Begitu kami
mendekati gerbang tersebut, tiba-tiba dua orang laki-laki berpotongan
rambut pendek dengan tubuh kekar menghampiri kami. Suamiku segera
menyodorkan sebuah kartu nama yang entah dari mana dia peroleh. Kemudian
dengan wajah ramah mereka membukakan pintu dan mempersilakan kami
masuk.
Di dalam pekarangan villa itu kulihat beberapa mobil telah terparkir di
sana dan salah satunya adalah mobil Priyono sahabat suamiku. Keluarga
kami dan keluarga Priyono memang bersahabat. Umur kami tidak jauh
berbeda sehingga kami mempunyai persamaan dalam pergaulan.
Suamiku seorang pengusaha muda sukses, demikian juga Priyono. Baik
suamiku maupun Priyono mereka sama-sama sibuknya. Mereka kelihatannya
selalu dikejar waktu untuk meraih sukses yang lebih besar lagi bagi
keuntungan bisnisnya. Sehingga boleh dikatakan hidup kami sangat
berlebih sekali akan tetapi di lain sisi waktu untuk keluarga menjadi
terbatas sekali. Hanya pada hari-hari weekend saja kami baru dapat
berkumpul bersama. Dan itu pun apabila suamiku tidak ada urusan
bisnisnya di luar kota.
Keadaan itu dialami juga oleh istri Priyono, Novie. Sehingga antara aku
dan istri Priyono merasa cocok dan akrab satu sama lainnya. Kami juga
selalu mengatur waktu senggang bersama untuk melakukan
pertemuan-pertemuan rutin atau rekreasi bersama. Kebetulan istri
Priyono, juga agak sebaya denganku. Bedanya dia baru berumur tiga puluh
tahun sedangkan aku telah berumur tiga puluh lima tahun. Apalagi
wajahnya masih tetap seperti anak-anak remaja dengan tahi lalat di atas
bibirnya membuat penampilan istri Priyono kelihatan lebih muda lagi.
Selain itu bentuk tubuhnya agak mungil dibandingkan denganku. Badannya
semampai namun berbentuk sangat atletis. Maklumlah selain dia secara
rutin mengikuti kegiatan latihan di salah satu fitness center, dia juga
memang seorang atlet renang. Sehingga warna kulitnya agak
kecoklatan-coklatan terkena sinar matahari.
Berbeda denganku yang berkulit agak putih dengan bentuk tubuh yang agak
lebih gemuk sedikit sehingga buah dada dan pinggulku lebih kelihatan
menonjol dibandingkan dengan istri Priyono. Menurut pandanganku
penampilan istri Priyono manis sekali. Ada suatu daya tarik tersendiri
yang dimilikinya setidak-tidaknya demikian juga menurut suamiku. Aku
tahu hal itu karena suamiku sering membicarakannya dan malahan pernah
bergurau kepadaku bagaimana rasanya sekiranya dia melakukan hubungan
seks dengan istri Priyono.
Pertemuan kami dengan keluarga Priyono pada mulanya diisi dengan pergi
makan malam bersama atau mengunjungi club rekreasi para eksekutif di
setiap akhir pekan. Sekali-sekali kami bermain kartu atau pergi
berdarmawisata. Akan tetapi ketika hal tersebut sudah mulai terasa
rutin, pada suatu saat suamiku dan Priyono mengajak kami untuk ikut
menjadi anggota CAPS.
"Apa artinya itu..?" kataku.
"Artinya adalah Club Arisan Para Suami atau disingkat CAPS, kalau
diucapkan dalam bahasa Inggris jadi kep'es, tuh gagah nggak namanya",
jawab Priyono.
"Walah, baru tahu sekarang para suami juga kayak perempuan, pakai arisan segala", kataku.
"Ini arisan bukan sembarang arisan..", kata Priyono membela diri.
"Dahulu mau dinamakan The Golden Key Club, tapi gara-gara Eddy Tanzil
maka namanya diganti jadi CAPS, Club Arisan Para Suami", katanya lagi.
"Ya sudah kalau begitu.., kalau arisan para suami kenapa istri perlu dibawa-bawa ikut jadi anggota?" debatku lagi.
"Rupanya belum tahu dia..!" kata Prioyono dalam logat Madura seraya
menunjukkan jempol ke arahku sambil melirik kepada suamiku. Suamiku juga
jadi ikut tertawa mendengar logat Prioyono itu.
"Hei, rupanya pake rahasia-rahasiaan segala ya..!" kataku sambil memukul pundaknya.
"Iya Mbak.., mereka berdua sekarang ini lagi selalu kasak-kusuk saja.
Jangan-jangan memang punya rahasia yang terpendam", tiba-tiba kata istri
Priyono menimpaliku.
"Eh, jangan marah dulu.. club arisan ini merupakan suatu club yang
ekslusif. Tidak sembarangan orang boleh ikut! Hanya mereka yang
merupakan kawan dekat saja yang boleh ikut dan itu juga harus memenuhi
syarat!"
"Syarat apa..?!"
"Misalnya para anggota harus terdiri dari pasangan suami istri yang sah!
Betul-betul sah.. saah.. saah!" katanya meniru gaya Marisa Haque
diiklan TV.
"Kalau belum beristri atau bukan istri yang sah, dilarang keras untuk
ikut! Oleh karena itu untuk ikut arisan ini perlu dilakukan seleksi yang
ketat sekali dan tidak main-main! Jadi nggak ada yang namanya itu
rahasiaan-rahasiaan..!" kata Priyono lagi.
"Ah kayak mau jadi caleg saja.. pakai diseleksi segala! Nggak mau
sekalian juga pakai Litsus, terus penataran! Arisan ya arisan saja..!
Dimana-mana juga sama! Paling-paling Bapak-bapaknya ngumpul ngobrolin
cewek-cewek dan Ibu-ibunya ngerumpi sambil comot makanan disana-sini..,
akhirnya perutnya jadi gendut dan pulang-pulang jadi bertengkar di rumah
karena dengar gosip ini itu!" kataku.
"Nah, disini masalahnya. Arisan kita itu bukan arisan gosip, tapi arisan yang sip!" kata Priyono.
"Jadi arisan apa pun itu, apa sip, apa sup, apa saham, emas, berlian,
Mercy atau BMW, ya akhirnya semua sama saja.., yang keluar duluan hanya
gosip?" kataku ketus.
"Bukan.., bukan seperti itu. Malahan sebaliknya.., arisan ini justru
bertujuan buat mengharmoniskan kehidupan perkawinan antara suami istri!"
jawab Priyono.
"Lho, untuk itu kenapa mesti arisan..?" kataku lagi.
"Boleh nggak diberi tahu Mas?" kata Priyono sambil melirik kepada suamiku. Suamiku tersenyum sambil mengangguk.
"Begini Mbak, terus terang saja, arisan kita itu bentuknya kegiatan tukar-menukar pasangan", katanya.
"Pasangan?! Pasangan apa..?" jawabku dengan sangat heran.
"Ya itu, pasangan suami-istri", tiba-tiba suamiku menyeletuk.
"Mengapa harus ditukar-tukar sih? Dan apanya yang ditukar?" tanyaku
karena aku jadi semakin tidak mengerti atas penjelasan suamiku itu.
"Walah, penjelasannya panjang.., ini kan jaman emansipasi", kata suamiku.
"Memangnya apa hubungannya dengan jaman emansipasi!" aku menyela kata-kata suamiku.
"Begini.., kegiatan club ini sebenarnya bertujuan untuk mengharmoniskan kehidupan suami istri dalam rumah tangga", kata suamiku.
"Jadi.."
"Jadi.., jadi ya kau ikut saja dulu deh! Nanti baru tahu manfaatnya!" kata Priyono menyeletuk.
"Nggak mau ah kalau hanya ikut-ikutan!"
"Begini Neng!" kata suamiku. "Singkatnya menurut pandangan para pakar
seksualogi dalam kehidupan perkawinan seseorang pada saat-saat tertentu
terdapat suatu periode rawan dimana dalam periode tersebut kehidupan
perkawinan seseorang itu mengalami krisis. Krisis ini apabila tidak
disadari akan menimbulkan bencana yang besar yaitu tidak adanya
kegairahan lagi dalam kehidupan perkawinan. Apabila tidak ada kegairahan
lagi antara suami-istri biasanya akan membawa akibat yang fatal", kata
suamiku lagi.
"Misalnya bagaimana?"
"Ya dalam kehidupan perkawinan itu secara tidak disadari timbul
kejenuhan-kejenuhan. Kejenuhan yang paling utama dalam periode tersebut
biasanya dalam masalah hubungan badan antara suami istri, pada periode
tersebut hubungan seks antara suami-istri tidak lagi menyala-nyala
sebagaimana pada masa setelah pengantin baru. Kedua belah pihak biasanya
telah kehilangan kegairahan dalam hubungan mereka di tempat tidur yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Hubungan badan suami istri tersebut
akhirnya terasa menjadi datar dan hanya merupakan suatu hal yang rutin
saja. Untuk mengatasi hal itu bagi para pasangan suami istri perlu
mendapatkan penggantian suasana, khususnya suasana dalam hubungan di
tempat tidur", kata suamiku.
"Ah itu kan hanya alasan yang dicari-cari saja.., bilang saja kalau sudah bosan dengan istri atau mau cari yang lain!" kataku.
"Nah, disinilah memang letak masalahnya.., yaitu 'kebosanan'.., dan
'wanita lain'. Hal itu sangat betul sekali.., karena 'kebosanan'
merupakan sifat manusia, sedangkan 'keinginan kepada wanita lain' secara
terus terang itu merupakan sifat naluri kaum laki-laki secara umum,
disadari atau tidak disadari, diakui atau tidak diakui, mereka mempunyai
naluri poligamis, yaitu berkeinginan untuk melakukan hubungan badan
tidak dengan satu wanita saja. Akan tetapi sifat-sifat ini justru
merupakan 'sumber konflik utama' dari krisis kehidupan perkawinan
seseorang! Nah!, hal inilah yang akan dicegah dalam kegiatan club itu!"
"Jelasnya bagaimana?" kataku.
"Apabila seorang suami menuruti naluri kelaki-lakiannya itu, maka dia
cenderung akan melakukan penyelewengan dengan wanita lain secara
sembunyi-sembunyi. Mengapa..? Karena dia tahu hal itu akan merupakan
sumber konflik dalam rumah tangga yang sangat berbahaya. Pertama-tama
karena dia tahu istri tidak menyetujuinya, oleh karena itu dilakukan
secara sembunyi-sembunyi, yang kedua hal itu membuat suatu keadaan yang
tidak adil dalam kehidupan suami-istri. Kalau suaminya bisa merasakan
orang lain, untuk mendapatkan kenikmatan seksual yang lain daripada
istrinya, kenapa istrinya tidak..!"
"Apakah memang demikian problem dari sebuah perkawinan? Aku kira bukan
hanya soal seks saja yang menjadi konflik dalam hubungan suami istri,
namun juga tentunya ada unsur lainnya!" kataku berargumentasi.
"Tidak salah pendapatmu! Memang benar dalam suatu perkawinan banyak
unsur yang mempengaruhinya, akan tetapi dalam perkawinan hanya ada dua
unsur saja yang paling dominan, ibarat kopi dengan susunya!" kata
suamiku.
"Apa hubungan perkawian dengan kopi susu?" tanyaku agak heran.
"Begini.." kata suamiku selanjutnya. "Dalam suatu perkawinan sebenarnya
merupakan campuran antara dua unsur yang sangat berbeda, yaitu antara
unsur 'cinta' dan unsur 'kenikmatan seks'. Kedua unsur ini saling
melengkapi dalam hubungan perkawinan seseorang. Unsur cinta adalah
merupakan faktor yang dominan yang merupakan faktor utama terjalinnya
suatu ikatan batin antara dua insan yang berlainan jenis. Unsur cinta
ditandai dengan adanya kerelaan pengabdian dan pengorbanan dari
masing-masing pihak dengan penuh keihlasan dan tanpa mementingkan
egoisme dalam diri pribadi. Sedangkan unsur kenikmatan seks adalah
merupakan unsur penunjang yang dapat memperkokoh dan mewarnai unsur
cinta tersebut. Unsur ini ditandai dengan manifestasi adanya keinginan
melakukan hubungan hubungan tubuh dari dua insan yang berlainan jenis,
adanya kobaran nafsu birahi serta adanya keinginan dari masing-masing
pihak untuk mendominasi pasangannya secara egois. Adanya nafsu birahi
ini dalam diri kita sebagai mahluk alam adalah wajar dan bukan sesuatu
yang memalukan. Nah.., kedua unsur tadi apabila kita ibaratkan seperti
minuman tidak bedanya sebagai 'kopi' dengan 'susunya'. Unsur cinta dapat
diibaratkan sebagai kopi dan unsur kenikmatan seks dapat diibaratkan
sebagai susunya. Kedua unsur yang saling berbeda ini dapat dinikmati
dengan berbagai cara. Apakah ingin dicampur sehingga menjadi sesuatu
yang baru yang lain rasanya daripada aslinya atau dinikmati secara
sendiri-sendiri sesuai dengan rasa aslinya!"
"Jadi apa hubungannya dengan arisanmu sekarang?"
"Nah, arisan ini bertujuan untuk membuat keadaan yang adil dan berimbang
di antara suami dan istri. Kedua-duanya harus mempunyai hak yang sama
dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan tuntutan dari wanita itu
sendiri untuk beremansipasi. Dan hak itu tidak terkecuali walaupun dalam
hubungan seks, para istri juga harus diberi kesempatan yang sama
seperti para suami. Para istri juga harus dapat memilih kehendaknya,
apakah sewaktu-waktu dia ingin minum 'kopinya' saja, atau 'susunya'
saja, atau 'kopi susunya'. Masalahnya sekarang, bagaimana mewujudkan hal
itu. Kalau dilakukan oleh para suami atau para istri itu secara
sendiri-sendiri, maka akan menjadi kacau dan malahan tujuannya mungkin
tidak akan tercapai. Oleh karena itu perlu diusahakan secara
terorganisir. Yang paling gampang ya, dalam bentuk kegiatan arisan
seperti ini", kata suamiku.
"Iya Mbak, siapa tahu akhirnya para istri juga akan dapat
menikmatinya.., eh malahan jangan-jangan jadi lebih doyan!" kata Priyono
menimpali komentar suamiku.
"Ah, kau kayak bensin saja.., langsung nyamber!" kataku.
"Kalau begitu bukankah hal itu juga merupakan suatu penyelewengan dalam perkawinan?" tiba-tiba kata istri Priyono berkomentar.
"Tentu saja bukan..! Karena apa definisi menyeleweng itu? Seseorang itu
dikatakan menyeleweng apabila dia melakukan hal di luar pengetahuan
pasangannya. Atau dengan kata lain dia melakukan itu secara
sembunyi-sembunyi sehingga pasangannya tidak tahu dan tidak pernah
menyetujuinya. Berlainan dengan kegiatan ini. Semuanya terbuka dan
melalui persetujuan bersama antara kedua pasangan suami-istri itu",
jawab suamiku.
Pada akhirnya setelah menjalani debat yang panjang dalam forum resmi
maupun tidak resmi, aku dan istri Priyono mengalah. Resolusi para suami
itu kami terima dengan catatan kami ikut dalam kegiatan club ini
semata-mata hanya untuk sekedar ingin tahu saja dan tidak ada tujuan
lain yang lebih dari itu. Selain daripada itu kami mengalah untuk
membuat hati para suami senang. Oleh karena itulah malam ini akhirnya
aku berada di tempat ini.
Aku mengenakan gaun dari bahan satin yang agak tipis yang agak ketat
melekat di tubuhku. Aku mengenakan gaun ini adalah juga atas anjuran
suamiku. Suamiku berkata bahwa aku sangat menarik apabila mengenakan
pakaian yang agak ketat dan terbuka. Aku kira pendapat suamiku benar,
karena dengan memakai gaun ini aku lihat bentuk tubuhku jadi semakin
nyata lekak-lekuknya. Apalagi dengan model potongan dada yang agak
rendah membuat pangkal buah dadaku yang putih bersih kelihatan agak
tersembul keluar membentuk dua buah bukit lembut yang indah.
Tidak berapa lama kami berdiri di depan pintu, seseorang membuka pintu dan langsung menyalami kami.
"Selamat datang dan selamat malam", katanya langsung sambil menyalami kami.
"Perkenalkan saya Djodi, tuan rumah di sini, dan ini istriku.., panggil
saja Siska!" katanya langsung memperkenalkan seorang wanita yang
tiba-tiba muncul. Dandanannya agak menor untuk menutupi kerut wajahnya
yang sudah dimakan usia. Tapi secara keseluruhan bentuk tubuhnya masih
boleh jugalah. Buah dadanya subur walaupun perutnya kelihatan agak
gendut. Kelihatannya dia itu seorang keturunan Cina. Selanjutnya kami
dipersilakan masuk ke dalam ruangan tamu.
Bersambung...