Seperti halnya umumnya orang lain, setelah selesai Kuliah kemudian cari
kerja dan nikah. Demikian pula dengan kehidupan yang kujalani, sejak
setamat dari SLTA di Kotaku di Jawa Tengah, aku melanjutkan Kuliah di
Bandung di suatu Universitas ternama. Tahun 1994 adalah tahun
kelulusanku dan di tahun itu pula aku diterima di suatu Perusahaan BUMN
setelah melalui penyaringan beberapa kali dan sangat ketat. Kehidupan
ini kujalani seolah tanpa hambatan, lancar-lancar saja, tidak seperti
yang kebanyakan orang bilang bahwa kehidupan ini penuh perjuangan dan
sulit untuk mencari kerja. Hal ini pernah aku syukuri bahwa ternyata aku
diberikan banyak kemudahan-kemudahan oleh Tuhan didalam mengarungi
kehidupan dijaman serba sulit ini.
Karena telah merasa cukup dan sedikit mempunyai kemampuan untuk membina
Rumah Tangga maka pada tahun 1995 aku beranikan diri untuk melamar dan
melakukan kesepakatan untuk menikah dengan seorang gadis Cantik idamanku
yang sejak semester awal kuliah aku mengenalnya dan sejak saat itu pula
aku bersepakat untuk pacaran. Sebut saja namanya Erna, gadis asal Jawa
Barat dengan kulit putih mulus yang sangat terawat dengan rambut hitam
kelam yang lebat. Hal ini sangatlah wajar karena ditunjang dengan
kemampuan materi Orang Tuanya yang sebagai pengusaha. Perbedaan usia
hanya satu tahun antara aku dan Erna yang sekarang sudah menjadi
istriku, aku lebih tua dan kini usiaku 36 tahun.
Banyak teman-temanku bilang bahwa aku adalah laki-laki yang sangat
beruntung bisa beristrikan seorang wanita seperti Erna istriku.
Disamping orangnya baik, supel, cantik, padat berisi, kaya lagi.
Bulu-bulu halus tumbuh agak lebat dilengannya yang sangat mulus. Pernah
seorang teman bilang bahwa "dijalan raya saja banyak kendaraan apalagi
diterminal". Hal itu memang suatu kenyataan dan merupakan gaya tarik
yang sangat luar biasa yang bisa menimbulkan birahi yang menggebu-gebu
bila melihat istriku Erna telah melepaskan semua pakaian yang
menutupinya, dengan kulit yang putih mulus dan bulu-bulu hitam lebat
diantara pangkal kedua belah pahanya yang sangat kontras, sungguh hal
ini yang membuat aku semakin tak tahan untuk berpisah lama-lama dengan
istriku. Tinggi badan istriku 167 cm dan beratnya saat ini sekitar 53
kg.
Kehidupan rumah tanggaku telah kujalani dengan penuh kebahagiaan selama
kurang lebih delapan tahun, apalagi pada tahun ketiga pernikahanku telah
lahir seorang anak laki-laki yang tumbuh dengan sehat dan lucu yang
kini telah berusia 5 tahun. Ditambah lagi pada tahun ke-enam pernikahan,
kami pindah ke rumah yang kami beli dari hasil jerih payahku sendiri
selama ini walau hanya merupakan rumah KPR bertype 45. Kalau
dibandingkan dengan rumah mertua sangatlah tidak seimbang dan istriku
sangat menyukainya karena segala sesuatunya dialah yang mengaturnya
tanpa harus campur tangan orang lain seperti sebelumnya yaitu di rumah
orang tuanya.
Dirumah kami inilah awal dari segala perubahan kehidupan yang aku
rasakan sangat bahagia menjadi suatu siksaan dan tekanan bathin yang
menimpa diriku hingga kini. Awalnya setelah hampir setahun tinggal
dirumah sendiri, istriku berangsur-ansur sudah mempunyai kebebasan,
keleluasaan termasuk untuk menyampaikan uneg-unegnya yang selama ini
terpendam, yang aku sendiri sebagai suami telah disadarkan bahwa
ternyata didalam kehidupan sexual istriku masih banyak ketidak puasan
atas sikap dan kemampuanku sebagai seorang suami selama ini. Memang
selama ini aku didalam melakukan hubungan senggama tidak bisa bertahan
lama, paling lama mungkin hanya 20 menit itupun kalau aku dalam kondisi
fit.
Walau sebelumnya sudah melakukan pemanasan dan aku sering melihat,
merasakan bahwa memek istriku sudah basah pertanda adanya rangsangan.
Tragisnya bila pemanasan dilakukan terlalu lama maka semakin aku tak
tahan untuk berlama-lama. Aku telah berusaha berkali-kali untuk
pengaturan waktu agar terjadi kelambatan dan penundaan dalam
penyemprotan (ejakulasi), semua itu pasti mengalami kegagalan. Yang aku
rasakan bila sedang berhadapan dengan istriku dalam melakukan senggama
adalah gairahku yang menggebu dan kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara
bila penisku telah kumasukan dalam memeknya, dan berikutnya aku slalu
tidak bisa mengendalikan diri lagi sehingga dalam tempo yang singkat
pertahananku pasti tak terbendung lagi. Perlu diketahui bahwa sejak
pernikahan hingga kini hampir tiada perubahan atas alat kewanitaan
istriku, selalu terasa sempit dan nikmat. Hal ini dimungkinkan karena
pada saat melahirkan anakku satu-satunya dengan cara Caesar sehingga
secara phisik tidak banyak perubahan.
Aku telah berusaha untuk mengkonsumsi obat-obatan dan sering pula untuk
konsultasi ke dokter tetapi hasilnya belum juga adanya hasil dan
perubahan yang diharapkan atas daya tahanku. Pada awal-awal pernikahan
dulu, aku bisa melakukan senggama berulang-ulang hingga 4 atau 5 ronde
dalam semalam dan itupun umumnya yang ke 4 atau ke 5 yang mempunyai daya
tahan dan dapat mengimbangi kemauan istriku. Tapi saat ini dua rondepun
sangat sulit aku lakukan, biasanya bila telah mengeluarkan sperma,
badanku terasa lunglai dan ngantuk yang amat sangat. Mungkin hal ini
akibat berat badanku yang sudah tidak seimbang lagi dengan tinggi
badanku dimana perutku sudah membuncit dan sama sekali tidak atletis.
Tinggiku 170 cm dan beratku 83 kg.
Sejak masa SLTP aku mempunyai kegemaran atau hobby yang hingga kini masih sering aku lakukan.
Kegemaran tersebut adalah bermain Catur. Kegemaran ini sering aku
lakukan dengan orang-orang atau teman pada saat-saat senggang dan sudah
merupakan rutinitas hingga kini yaitu pada setiap Jumat malam aku
bermain catur dengan seorang tetanggaku yang bernama Usman. Kadang Sabtu
malampun bila sama-sama tidak mempunyai acara lain yang lebih penting
kami asyik bermain Catur hingga kami betul-betul sudah capek dan suntuk.
Sabtu dan minggu kebetulan sama-sama merupakan hari libur buat kami
berdua. Dia kami kenal sejak pindah di perumahan yang kami tinggali saat
ini dan Usman ini walau sudah bekerja, mempunyai rumah sendiri dan
berusia mendekati angka 33 belum juga menikah. Orangnya tampan dan
mempunyai tinggi tidak beda jauh dengan diriku, hanya saja badannya
lebih atletis. Disamping mempunyai kegemaran bermain Catur, dia juga
mempunyai jadwal rutin untuk bermain tennis. Usman inilah yang akhirnya
semakin membuat bathinku menjadi tertekan dan tak berkutik untuk
menghadapai gelombang percaturan cinta istriku hingga kini.
Dengan media papan catur ini, hubungan antara keluargaku dengan Usman
menjadi akrab dan dekat. Kedekatan yang masih dalam batas wajar-wajar
saja, begitupun hubungan antara istriku Erna dengan Usman, masih dalam
etika kewajaran tanpa ada sesuatu yang perlu dicurigai. Sudah menjadi
kebiasaan istriku, bila kami sedang bermain catur dan anakku sudah lelap
tidur, istriku ikut juga menemani sambil memberikan dukungan untuk
menyediakan secangkir kopi dan aneka camilan. Karena sudah terbiasa dan
akrab, dalam menemani kami bermain catur, istrikupun dalam berpakaian
juga biasa saja yaitu kadang pakai celana pendek ataupun baju tidur dan
biasanya istriku hanya mampu menemani hingga jam 12 malam yang
selanjutnya berpamitan untuk tidur lebih dulu. Permainan catur ini kami
lakukan diruang keluarga dengan ber-alaskan karpet dan kadang dalam
menemani kami, istriku menggelar kasur lipat sambil nonton TV.
Aku pernah beberapa kali melihat mata Usman mencuri-curi pandang pada
bagian-bagian tubuh indah istriku pada saat menemani kami bermain catur
ataupun pada saat istriku sedang tiduran dikasur lipat tapi semua itu
aku abaikan. Dan pernah aku rasakan permainan catur Usman sangat tidak
bagus dan kurang kosentrasi, dan setelah aku cari tahu penyebabnya
ternyata aku melihat bahwa matanya sering terarah ke paha mulus istriku
yang saat itu duduk disebelahku. Inipun aku abaikan bahkan aku merasa
bangga mempunyai istri yang memang penuh dengan kekaguman. Tapi suatu
Jum"at malam kira-kira enam bulan yang lalu, pada saat permainan catur
baru beberapa babak, aku merasakan kantuk yang amat sangat setelah minum
kopi yang disediakan istriku dan hal ini kusampaikan pada istriku yang
saat itu menemani kami.
"Ma.. Papa kok ngantuk berat yaa.."
"Masak sih.. Papa khan udah minum kopi? Masak masih ngantuk juga.."
Dan berikutnya aku nggak bisa tahan lagi, aku terlelap dan tak ingat
apa-apa lagi. Apakah Usman langsung pamitan pulang, akupun tak tahu.
Yang aku tahu pagi-pagi aku bangun dalam posisi ditempat tidurku dalam
kondisi badan yang sangat segar.
Jum"at malam berikutnya berjalan biasa saja, permainan caturku dengan
Usman berakhir hingg jam 3 pagi dan Usman berpamitan untuk pulang.
Begitu juga dengan Jum"at malam selanjutnya tanpa ada rasa kantuk tapi
Sabtu malam kami bermain catur lagi karena sama-sama tidak mempunyai
acara masing-masing dan rasa kantuk menyerang aku lagi sekitar jam masih
menunjukan pkl 10.15 malam. Kali ini aku pamitan untuk tidur dan Usman
kuanjurkan untuk pulang. Pada saat masih tersisa kesadaran sebelum
terlelap, aku sempat istriku berbicara sama seseorang sesaat setelah
mengantarku ke kamar tidur dan kejadian selanjutnya aku tak tahu
apa-apa.
Timbul tanda-tanya dan curiga pada diriku, kenapa rasa kantuk begitu
tiba-tiba, dan akhirnya aku sempat curiga telah terjadi sesuatu pada
istriku apalagi akhir-akhir ini tampilannya tambah seksi dan merias
diri. Aku tidak mau sembrono dengan semua ini dan aku tidak mau
menyakiti istriku atas kekeliruan akibat kesalah dugaanku yang tanpa
bukti. Maka pada saat menjelang tiba jadwal catur rutinku dengan Usman,
aku mempersiapkan diri mengatur strategi agar semua apa yang ada dibalik
kecurigaanku bisa terjawabkan. Sekitar jam 7 malam, aku telah
mengkonsumsi (minum) obat anti kantuk. Hal ini aku lakukan karena aku
telah curiga bahwa didalam minuman kopi yang disediakan istriku telah
dicampuri obat tidur.
Permainan catur dimulai sekitar jam 19.30, semua berjalan seperti
biasanya. Istriku menemani dengan tampilan terkesan sangat ceria.
Kopipun aku minum seperti biasanya tapi hanya seperempat gelas saja.
Sekitar jam 10.00 malam, aku merasa sedikit kantuk, dan sesuai strategi
dan rencana, aku pura-pura ngantuk sekali dan selanjutnya aku pura-pura
tak tahan lagi sehingga istriku memapahku ketempat tidur. Beberapa saat
kemudian, sayup-sayup terdengar istriku melakukan dialog dengan
seseorang dan dengan perlahan-lahan aku intip dari lubang kunci,
ternyata istriku sedang duduk berhadap-hadapan diantara papan catur
dengan Usman. Mereka seolah-olah lagi bermain catur.
Beberapa menit kemudian istriku beranjak menuju kekamar tidurku dan
buru-buru aku segera memposisikan diri seolah tertidur lelap. Istriku
menggoyang-goyangku seolah mau membangunkanku.
"Pa.. Pa.. gimana nih caturnya? Mau dilanjutin?"
Aku diam seolah pulas sekali dan istriku keluar kamar yang sebelumnya menyelimutiku dan menghidupkan lampu tidur dikamarku.
Sekitar dua menit kemudian, aku mencoba mengintip lagi dari lubang
kunci, ternyata papan catur telah ditinggalkan begitu saja. Diantara
kerasnya suara TV, aku masih sedikit mendengar bahwa istriku telah
melakukan aktifitas, apa itu, akupun belum tahu.
Bersambung . . . .