Cinta kadang mendatangkan kebahagiaan & keindahan yang tiada tara,
namun kadang semua itu harus berakhir dengan air mata & kesedihan
yang amat mendalam. Kekuatan cinta dapat mengubah kehidupan seseorang
berbalik 180 derajat, dapat menghipnotis hingga kita bisa lupa akan
segala2nya, dengan kekuatan cinta pula seseorang mampu melakukan apa
saja demi orang yang sangat dicintai. Kisah ini bukanlah karangan dari
khayalan nafsu & sex semata, melainkan kisah yang memang benar-benar
aku alami, aku akan berbagi pengalaman agar siapapun yang membacanya
dapat mengambil hikmah dari kisahku ini, jangan sampai kejadian yang
seperti aku alami ini terulang kembali.
Namaku Amelia, usia 23 thn, aku seorang karyawati sebuah perusahaan
kontraktor asing dibilangan Jakarta. Berawal ketika aku duduk dibangku
kls 3 disalah satu SMU Swasta di Jakarta.
Januari '98,
Sepulang sekolah, aku dan 2 sahabatku Dian & Gita berencana untuk
jalan-jalan di Pondok Indah Mall sekedar window shopping & ngeceng,
yaah maklum deh namanya juga ABG, lagi ganjen-ganjen &
rajin-rajinnya cari perhatiaan sama yang namanya cowok. Setelah ganti
baju, kitapun berangkat dengan menggunakan BMWnya Gita, dia yang paling
cantik dan tajir diantara kita b'2. Setelah puas puter-puter, kitapun
makan di Olala café, tempat yang tidak akan pernah aku lupakan. Sedang
asik-asiknya kita ngobrol, salah satu pelayang datang menghampiri kami
"Maaf mba mengganggu, eem..mas-mas yang duduk dibelakang nitip salam tuh, ini ada es cream untuk mba b'3 dari mereka"
Spontan kami b'3 menoleh kearah cowok yang ditunjuk pelayan. Woow..ternyata 2 cowok yang ganteng, keren dan sungguh rapi,
"Psst, boleh juga tuh! Kayanya sih udah pada gawe tuh cowo" Gita dengan pelan memberi komentar tentang kedua cowok itu.
Singkat cerita kitapun berkenalan dan saling bertukar cerita. Rio dan
Iqbal, ya itulah nama kedua cowok itu, mereka bekerja di salah satu
perusahaan Jepang dibilangan Sudirman Jakarta. Rio memeng tidak
seganteng Iqbal, tingginya kira-kira 180, badannya tegap, kulitnya
bersih dan berkarisma, pokoknya enak dipandang deh. Hampir sejam kita
ngobrol, aku dan kedua sahabatku putuskan untuk pulang, setelah saling
bertukar no. telp. kitapun berpisah.
Setiba dirumah, aku masih benar-benar tidak bisa melupakan bayangan
wajah Rio. Siapa sangka, tepat jam 9 malam telp. rumahku berdering,
bergegas kuangkat,
"Selamat malam, bisa bicara dengan Amelia?" dengan cepat kujawab
"Ya malam, ini aku sendiri, siapa ya?"
"Rio"
Teeng..jantungku tiba-tiba berdetak kencang, aku sama sekali tidak
menyangka kalau dia bakalan telp. Seneng, gembira, yaah pokoknya hapy
banget deh. Kitapun ngobrol panjang lebar, nggak terasa 3 jam kami
ngobrol. Dari situ aku ketahui kalau dia itu orang Bandung, S1 di Unpad
Bandung, S2 di Jepang dan tinggal di Cilegon.
Sabtu, selesai jam sekolah, seperti biasa aku nggak langsung keluar
kelas melainkan ngobrol dengan teman-teman kelasku, tiba-tiba HPku
bunyi, kulihat dari layar 'RIO" lagi nama itu membuat aku senang,
bergegas kuangkat
"Hai mel, sudah pulang belum? Aku ada digerbang sekolah kamu nih".
GERBANG, belum lagi kujawab, buru-buru aku keluar kelas dan kutengok
kegerbang, yaa..RIO, dia duduk didalam mobil Taft hitam, tangannya masih
memegang HP,
"Hai, aku ada diatas" sambil melambaikan tangan memberi kode keberadaanku, dia pun menoleh kearahku tersenyum menatapku.
Aku tanpa sadar loncat-loncat kegirangan,
"Bentar aku turun ya" setelah mengambil tas dikelas, akupun setengah
berlari menuruni anak tangga, agak cape memang maklum deh kelasku kan
letaknya dilantai 3.
Kamipun jalan untuk makan siang. Seperti sudah saling kenal lama, tidak
ada rasa canggung diantara kita. Sejak saat itu aku dan Rio semakin
dekat, setiap hari kami selalu kontak melalui telp, setiap sabtu dia
selalu menjemputku ke sekolah, minggu pagi kami joging disenayan atau
pergi berenang, pokoknya hari-hari ku menjadi semakin indah bersama Rio.
Minggu, akhir Maret'98.
Salah satu hari yang sangat berkesan dalam awal perjalanan cintaku.
Sehabis lari pagi ketika kami akan pulang, dari dalam dashboard mobil,
Rio memberi setangkai bunga mawar merah yang masih kuncup,
"Mel, aku sayang kamu"
Romantiis..ya sungguh romantis saat itu, dia mengecup keningku.
"Makasih ya Rio" sambil tersenyum ku cium bunga pemberiannya.
Tidak ada yang berubah diantara kami, malah kami semakin dekat. Malamnya
aku benar-benar tidak bisa tidur, aku terus memegang bunga
pemberiannya.
Hari-hariku semakin bersemangat, Rio sangat perhatian kepadaku, makan,
tidur, belajar, selalu diingatkannya. Begitupun sebaliknya, aku juga
memberi perhatian penuh untuk pacarku yang amat aku cintai. Dia adalah
pemicu semangat belajarku, akupun jadi semakin giat belajar, karena aku
nggak mau kelihatan bodoh dihadapannya.
"Sayang aku nggak mau loh nilai pelajaran kamu menurun karena dekat
denganku, aku mau prestasimu bertahan, malah kalau bisa naih" kata-kata
itu yang membuatku semakin terus berusaha.
Kedekatanku dengan Rio mendapat lampu hijau dari orang tua dan
saudara-saudaraku, dia begitu sopan dan santun, baik dalam perbuatan
maupun dalam bertutur kata, mungkin itu yang membuat dia mendapat nilai
tambah dari orang tuaku.
Akhir April"98
Rio terserang demam hingga tidak dapat kerja. Panik, ya aku sungguh
panik dan cemas saat itu, aku putuskan untuk menjenguknya. Jum'at aku
bolos sekolah, dengan menggunakan Bus aku pergi ke Cilegon. Sesampainya
disana aku langsung kekamarnya, RIO..cintaku sedang terbaring diatas
tempat tidur, wajahnya yang bersih telihat merah, aku menghampirinya,
kuraih tangannya, panas..ya panas yang aku rasakan dari tangannya,
kucium tangan itu tanpa sadar air mataku menetes jatuh membasahi
tangannya
"Sayang, kamu jangan sakit dong, aku nggak tega ngeliatnya".
Matanya menatapku sayu
"Aku nggak apa-apa sayang, cuma agak demam, besok juga sembuh"
Dengan senyum yang dipaksa dia mencoba meyakini aku,
"Nggak, kamu harus ke dokter, biar aku temenin yah? Please".
Dengan menggunakan taksi kami berangkat ke RS yang letaknya agak jauh
dari rumah Rio. Setelah diperiksa dan diberi obat, kamipun pulang.
Sesampai dirumah aku langsung memberi Rio makan, kusuapi dia pelan-pelan
lalu kuberi dia obat dari dokter tadi. Tidak lama Rioku pun tertidur,
aku menatap wajahnya, air mataku terus menetes, mungkin karena lelah
& kebanyakan menangis akupun tertidur disampingnya.
Aku terbangun ketika ku merasakan ada seseorang yang mencium keningku,
RIO ku, cintaku, dia memandangku, pandangan yang penuh kasih sayang,
pandangan yang begitu dekat.
"Makasih ya sayang, aku semakin sayang sama kamu mel" kembali dikecupnya keningku
"Kedatangan & pehatianmu membuat demamku pergi karena nggak tega ngeliat air mata kamu", sambil tersenyum kupegang keningnya
"Iya tuh sudah mendingan"
Ternyata sudah tidak sepanas tadi yang kurasakan
"Tapi obatnya terus diminum sampai habis ya? Aku nggak mau kamu sakit lagi loh"
Rio mencium pipiku, kali ini bibirnya lama menempel dipipiku
"Aku sayaang banget sama kamu mel, aku janji deh ngabisin obatnya, karena aku nggak mau liat kamu nangis lagi sayang".
Tanpa kami sadari, bibir kami sudah saling menempel, sangat lembut Rio
mencium & mengulum bibirku, lama sangat lama kami berciuman, ciuman
yang selama ini belum pernah aku rasakan, ciuman yang penuh rasa sayang
& nafsu. Tiba-tiba HPku bunyi, kamipun mengakhiri ciuman itu. HOME
terlihat dari layar HPku,
"Telp dari rumah yang"
Sejenak kami berpandangan sebelum ahkirnya aku menjawab telp, terdengan suara mamaku
"Kamu lagi dimana mel? Ini udah jam 5, Kok kamu belum pulang?"
Dengan rasa takut aku menjawab rentetan pertannya mamaku,
"Aku masih di RS, ada temenku yang dirawat, bentar lagi juga pulang kok".
Selesai telp, aku langsung merapikan diri & pamit untuk pulang
"Sayang aku pulang dulu ya?"
Rio bersikeras mengantarku pulang, tapi aku menolaknya, akhirnya dia
meminta temannya untuk mengantarku pulang. Sekali lagi dia menciumku,
tapi kali ini cuma sebentar, karena temannya telah datang.
Sabtu pagi keesokan harinya aku kembali bolos sekolah, setelah jajian
dengan kedua sahabatku yang juga akan bolos, akupun pergi ke Cilegon.
Setibanya disana aku melihat Rio sedang duduk didepan TV, sepertinya dia
habis mandi, badannya sudah terlihat segar, tidak seperti Rio yang
kemarin aku lihat. Dia hanya menggeleng-menggeleng ketika malihat kami
b'3,
"Duh, nakal-nakal amat sih ni anak, pasti pada bolos deh!", kami b'3 hanya senyum-senyum.
Kedua sahabatku tidak mampir, mereka langsung pergi meninggalkanku dan
berjanji akan menjemputku sore nanti. Seperti sudah lama nggak bertemu,
kamipun saling melepas rindu, bermanja-manja aku dipangkuannya,
tangannya tak henti-hentinya membelai-belai rambutku yang panjang,
sesekali didekapnya aku erat-erat, saling bersuapan saat makan siang,
benar-benar saat yang sangat indah, penuh canda & rasa cinta kasih.
Seiring bertambahnya waktu, semakin bertambah pula rasa sayang dan cinta
ku terhadap Rio-ku. Saat itu, saat yang benar-benar tidak dapat aku
lupakan. Disela-sela canda kami, Rio meraih tanganku, tawa kamipun
terhenti, mata kami saling berpandangan dekat..dekat..sangat dekat
hingga akhirnya mata kamipun terpejam, bibir kami saling beradu,
dikecupnya bibirku lembut, dikulumnya perlahan, akupun membalasnya
dengan rasa sayang,
"Rio aku sangat mencintaimu" hati kecilku berulang-ulang mengatakan kata-kata itu.
Direbahkannya tubuhku diatas bantal, kami terus saling berciuman, ciuman
yang sangat penuh cinta dan nafsu. Kali ini tidak hanya bibirnya yang
aktif, tangannya pun mulai bergerak memasuki daerah telarang. Dirabanya
tubuhku dengan pelan, rabaan yang mampu membuat bulu kudukku berdiri dan
dapat membangkitkan gairah nafsuku. Dibukanya kancing bajuku satu
persatu hingga akhirnya terbuka semuanya.., Kamipun hanyut dalam gairah
nafsu yang amat membara. Aku menagis dalam pelukan Rio, tangisan penuh
penyesalan. Namun semuanya telah terjadi dan aku rela memberikan
segalanya demi orang yang sangat aku cintai, telah ku serahkan
kesucianku untuk Rio-ku. Ternyata kejadian itu membuat kami ketagihan,
jika ada kesempatan kami selalu melampiaskan hawa nafsu kami. Seperti
layaknya suami-istri kami sudah tidak canggung-canggung lagi untuk
melakukannya.
Juni'98
Hari yang benar-benar membuatku panik. Aku mulai menghitung hari &
menunggu-nunggu akan datangnya tamu bulananku yang biasa datang setiap
awal bulan, namun sudah 15 hari lewat tamu itu tak kunjung-kunjung tiba.
Bel tanda istirahatpun bunyi, dengan panik ku ambil HP dari dalam
tasku, ku cari tempat yang sepi & aman agar bisa dengan leluasa
berbicara. RIO nama yang aku cari dalam daftar memory phone book,
"Sayang aku takut, ini sudah pertengahan, tapi aku belum mens juga" aku benar-benar tak kuasa untuk bicara.
Rio menenangkanku, diyakininya aku, sifat yang benar-benar aku suka
darinya, dia dapat membuatku aman & tenang. Sepulang sekolah diapun
menjemputku, kami pergi kerumah salah satu temanku untuk meminjam baju.
Setelah mengenakan baju bebas, kami menuju klinik untuk memastikan "ADA
APA DENGANKU" sebenarnya, tes laboraturiumpun keluar. Bagai disambar
petir, tubuhku lemas, nyaris aku terjatuh, Rio dengan sigap mendekapku,
dibimbingnya aku kedalam mobil,
"Sayang semua ini sudah resiko dari perbuatan kita, kita berdua akan mencari jalan keluar yang terbaik ya sayang".
Aku hanya terdiam, air mataku terus berjatuhan.
"Kita akan menikah sayang", spontan aku menoleh kearah Rio, aku menggeleng keras,
"Nggak mungkin, aku nggak bisa, aku takut!"
Yaa.. kata-kata yang hanya bisaku sesali saat ini. Terlintas dalam
benakku saat itu bayangan keluarga dan orang tuaku, sungguh aku panik,
fikiranku buntu, aku hanya bisa menangis dalam pelukan kekasih yang amat
aku cintai.
Untunglah saat itu aku sudah menyelesaikan EBTA/EBTANAS, hasilpun
diumumkan. Rengking 3, suatu kejutan dalam nilai studiku, selama ini aku
hanya masuk dalam urutan 10 besar. Gembira dan bahagia yang terlihat
dari pancaran wajah kedua orang tuaku, tapi tidak denganku, hatiku
sangat hancur, sedih & kecewa. Disaat aku membutuhkan pegangan dan
membutuhkan jalan keluar dari masalahku, RIO cintaku datang membuatku
tenang
"Sayang, coba kamu ikut UMPTN, pilih PTN diluar kota yang agak jauh dari
Jakarta. Kita akan menikah disana, kamu bisa melahirkan anak kita &
membesarkannya bersama-sama menunggu saat yang tepat untuk
memberitahukan semuanya kepada keluarga kita. Bagai mana sayang? Kamu
setuju?"
Tanpa fikir panjang, akupun mengiyakannya, karena hanya itulah jalan
terbaik untuk keluar dari masalahku. Akhirnya akupun ikut UMPTN, kupilih
UGM dan UNDIP.
Juli'98. Hari yang sangat aku nanti-nanti, pengumuman UMPTN pun keluar.
Lewat surat kabar aku dengan teliti mencari satu persatu nama, tiba-tiba
kriing..belum lagi aku selesai, telp dirumahku berdering, kuhentikan
pencarianku untuk mengangkat telp,
"Selamat ya sayang, kamu diterima tuh di UNDIP" terdengar dari sebrang suara Rio-ku
Seakan tak percaya, kubuka lagi koran yang masih ku pegang, baris bawah
kolom ketiga "AMELIA" tertera namaku disana, akupun menarik nafas
panjang penuh kelegaan.
Aku mulai merapikan pakaian, buku, perlengkapan sehari untuk aku bawa
nanti, karena aku akan pindah ke Semarang ya Semarang, kota dimana aku
akan melewatkan masa-masa berat disana. Setelah segalanya rapi tersusun,
badanku terasa letih, akupun merebahkan badanku diatas tempat tidur,
pandanganku lurus kedepan menatap langit-langit kamarku. Aku terkejut,
sejenak aku menahan nafas, kurasakan ada sesuatu yang bergerak pelan
dari dalam perutku. Kuletakkan telapak tanganku tepat diatas perutku,
sesuatu yang kecil yah sangat kecil bergerak berlahan didalamnya, tapi
hidup. Kupejamkan mataku, kurasakan, kurasakan dengan mendalam, kutunggu
beberapa saat, yaa..aku dapat merasakan kehadirannya. Tanpa terasa air
mataku kembali terjatuh
"Yaa Tuhan, terima kasih tuhan, 2 kebahagiaan telah kau berikan
kepadaku, anakku hidup, dia bergerak, aku dapat merasakannya, terima
kasih tuhan"
Mataku terus terpejam, air mataku terus berjatuhan, hatiku tak henti-hentinya berterima kasih kepada tuhan.
Agustus'98.
Keluarga dan cintaku Rio mengantar kepindahanku ke Semarang. Karena
disana aku tidak punya sanak saudara sama sekali, kedua orang tuaku
terlihat sangat berat untuk melepaskanku, tapi aku dapat meyakini
mereka. Aku mengontrak sebuah rumah yang sangat kecil dengan satu kamar
tidur, satu kamar mandi dan ruang tamu didaerah simpang lima. 3 hari aku
bersama orang tuaku dan kekasih yang amat aku cintai Rio-ku. Minggu
pagi dengan berat mereka meninggalkanku, orang-orang yang amat berarti
dalam hiduku harus kembali ke Jakarta. Kutahan air mataku agar tidak
menetes keluas, kuyakini kepada mereka kalau aku mampu dan bisa mandiri.
Setelah mobil yang dikendarai mereka benar-benar hilang dari
pandanganku, bergegas aku masuk kedalam rumah, kukunci pintu, kakiku tak
sanggup berjalan lagi, aku teduduk lemas dibalik pintu, air mata yang
sedariku tahan tidak dapat kubendung lagi, menangis ya hanya menangis
yang dapat aku lakukan..setelah kesedihanku terluapkan, hati dan
fikiranku mulai tenang.
Senin, hari pertamaku sendiri dikota Semarang. Sebelum aku kekampus
kuawali lembaran baru dalam hidupku dengan bangun pagi dan menyempatkan
diri untuk jalan pagi menghirup udara segar disekitar rumahku yang
katanya sih jalan pagi itu bagus buat orang yang sedang hamil.
Hari demi hari telah berlalu, tidak terasa 2 minggu telah berlalu. Tidak
ada waktu untuk aku bergaul dan bermain dengan teman-teman kampus. Aku
memilih untuk menyendiri, memikirkan rencana yang akan aku jalani
dikemudian hari. Hari-hari aku habiskan dirumah, menulis surat, membaca
buku tentang kehamilan, 2x sehari aku minum susu dan vitamin untuk ibu
hamil, aku sangat menjaga kehamilanku. Setiap 3 kali seminggu aku
menerima surat dari kekasihku, walaupun setiap hari kami saling telpon
tapi kami tetap berkomunikasi lewat surat. Setiap kali aku menerima
suratnya, selalu aku membacanya berulang-ulang, kata-katanya begitu
indah, penuh dengan perhatian dan cinta kasih.
Jum'at ke-3 bulan agustus, Rio berencana untuk datang, hari yang sangat
aku nantikan. Sepulang kuliah aku langsung kembali kerumah, kulihat
mobil Rio sudah parkir tepat didepan rumah kontrakanku. Bergegas aku
berlari masuk kedalam rumah, aku terhenti didepan pintu, Rio-ku..dia
menatapku dan menghampiriku. Kami saling berpelukan, pelukan yang sangat
erat, diciumnya kening dan pipiku. Seakan tak mau dipisahkan, kami
berpelukan lama..lama sekali, tak ada sepatah katapun yang keluar dari
mulut kami. Kupandangi wajah orang yang sangat aku cintai 'Rio-ku", dia
meneteskan air mata
"Sayang..aku sayang kamu mel, sayang banget, maafin aku ya sayang"
Kalimat pertama yang terucap dari mulut cintaku, begitu pelan dan
terputus-putus. Kulihat air matanya terus menetes. Setelah puas melepas
rindu, kamipun duduk. Tangan rio mengusap-usap perutku yang mulai
kelihatan membesar, kehamilanku telah memasuki bulan ke-4. Dirasakannya
gerakan halus dari dalam perutku, sesekali matanya menatapku, tangannya
membelai rambutku, kembali diciumnya pipiku berulang-ulang. Disingkapnya
kemeja yang menutupi perutku, diciumnya perutku dengan lembut,
lama..sangat lama dia menempelkan bibirnya diatas perutku, matanya
terpejam, air matanya menetes deras membasahi perutku.
Bersambung ke bagian 02