Ceritadewasaku.Sextgem.Com Kumpulan Cerita Sex XXX Dewasa 17 Tahun Abg, Tante Girang, Jilbab, Hijab, Perkosaan, Selingkuh, Sedarah, Anak dan Bapak Tiri, Papa dan Anak, Mama dan Anak, Tante dan Ponakan, Mertua, Sepupu, Kakak dan Adik Kandung, Perawan Malam Pertama, Lesian, Homo, Gay, SMP, SMA, Mahasiswi, Pelajar
Sesampainya di rumah, selesai mandi kukenakan daster tidurku tanpa
celana dalam, dan kusemprotkan parfum di tubuhku, siap menanti pria yang
akan mengisi kebutuhan seksku. Kulihat kedua anakku sudah tidur pulas.
Kemudian kira-kira jam 23:30 kumatikan lampu kamar dan kurebahkan
tubuhku di tempat tidur terpisah dari tempat tidur anak-anakku. Sambil
tidur-tidur ayam, kunantikan Ary masuk ke kamarku. Sekitar jam 01:00,
kulihat pintu kamar yang sengaja tidak kukunci secara perlahan dibuka
orang. Kulihat Ary dengan sarung masuk. Setelah ia menutup kembali pintu
kamar dan menguncinya, ia menuju tempat tidurku dan langsung menindih
tubuhku dan menciumi wajah serta bibirku. Sambil menciumiku, tangannya
menggerayangi vaginaku. Ary berkata, "Wah sudah siap nih ya.. nggak
pakai celana dalam.." Tak berapa lama Ary mengangkat dasterku dan
mempermainkan klitorisku dan sesekali memasukkan jarinya ke lubang
vaginaku, membuatku melayang dan vaginaku cepat banjir. Ternyata Ary
juga sudah siap dengan tidak memakai celana dalam. Digesek-gesekannya
lontongnya yang sudah mengeras di pahaku sambil jari-jari tangannya
mempermainkan vaginaku. Kubalas gerakan Ary dengan meremas-remas dan
mengocok lontongnya. Nafsuku semakin naik, begitu juga Ary karena
nafasnya terdengar semakin memburu. Sambil tersengal-sengal, ia
melenguh, "Oh.. oh.. Wita.. Ary sudah nafsu.. Wita haus kan.. Ary
masukkan ya.." Aku pun sudah tidak tahan, "Oh Ri.. masukkan cepat
lontongnya.. Wita sudah nggak tahan.. Ohh Ri.."
Kemudian, "Slep.." kurasakan lontong Ary yang lebih besar dan panjang
dibandingkan lontong suamiku itu masuk dengan mudah masuk ke dalam
lubang vaginaku yang sudah benar-benar basah itu. Kurasakan lontongnya
sampai menyentuh dinding vaginaku yang terdalam. "Oh.. Ri.. aduh enaknya
Ri.. oh gede Ri.." aku merintih, sambil kupeluk erat tubuh Ary.
Kudengar pula rintihan Ary sambil menurun-naikkan lontongnya di dalam
vaginaku. "Oh.. oh.. agh.. Wita, enak sekali apem Wita.. oh.. aagh.."
Dari cara permainannya, aku merasakan Ary belum berpengalaman dalam hal
seks dan kelihatannya baru pertama kali ia berbuat begini. Mungkin
karena begitu nafsunya kami berdua kurang lebih 10 menit menikmati
hujaman lontong Ary, aku sudah mau mencapai orgasme. "Oh.. agh.. aduh
Ri.. cepatkan tusukannya Ri.. Wita mau keluar.. oh..aagh.." Kurasakan
Ary pun sudah mau orgasme. "Oh.. agh.. Mbak, Ary juga mau keluar.. oh..
aaghh.." Tak lama kemudian, berbarengan dengan keluarnya spermaku,
kurasakan semburan sperma yang keluar dari penis Ary yang masih perjaka,
keras dan berkali-kali memenuhi lubang vaginaku. Kami berdua berpelukan
erat merasakan kenikmatan yang tiada taranya ini. Kubisikkan di telinga
Ary, "Terima kasih Ri, Mbak puas sekali.." Ary pun berbisik, "Aduh
Wita, baru pertama kali ini Ary rasakan enaknya apem.. Wita puas kan.."
tambahnya.
Kemudian, Ary mencabut lontongnya dari dalam lubang vaginaku. Aku
berusaha menahannya karena aku ingin nambah lagi. Ary berbisik,
"Besok-besok aja lagi, sekarang Ary harus keluar.. takut ada orang yang
bangun.." Setelah mengecup kening dan pipiku, Ary permisi keluar.
Kubisikkan di telinganya, "Hati-hati ya Ri.. jangan sampai ketahuan
orang lain.." Walaupun belum begitu puas, tapi hatiku bahagia bahwa Ary
akan mengisi kesepian dan memenuhi kebutuhan seksku selama suami di luar
kota. Dalam hati aku pun mengucapkan terima kasih kepada suamiku atas
ijinnya dan pilihannya yang tepat.
Setelah kejadian pertama ini, hubungan seksku dengan adik suamiku ini
terus berlanjut. Sayangnya hal ini kami berdua lakukan di rumah, karena
saat itu memang tidak pernah terpikir untuk main di luar misalnya di
Motel. Saking puasnya menikmati permainan seks dari Ary, aku lupa akan
jadwal kalender KB yang selama ini kugunakan. Sedangkan setiap kali Ary
menyetubuhiku, spermanya selalu ditumpahkan di dalam vaginaku. Aku
sendiri memang tidak menginginkan sperma Ary ditumpahkan di luar, karena
justru merasakan semburan dan kehangatan sperma Ary di dalam vaginaku,
merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa. Akibatnya setelah beberapa
kali melakukan hubungan, aku sempat terlambat 6 hari datang bulan
(mens). Hal ini kuceritakan kepada Ary, saat kami mengobrol berdua di
paviliun. Khawatir benar-benar hamil, kuminta Ary mengantarku ke dokter
untuk memeriksakannya. Pada mulanya Ary tidak setuju, dan ingin
mempertahankan kehamilanku. Aku tidak setuju dan tetap ingin
menggugurkannya.
Keesokan paginya dengan diantar Ary, aku memeriksakan diri ke suatu
rumah sakit bagian kandungan. Ternyata hasil pemeriksaan tidak bisa
keluar hari itu juga, dan harus menunggu tiga hari. Sampai dua hari
setelah pemeriksaan dokter, ternyata mens-ku masih belum datang. Aku
tidak sabar dan khawatir jika ternyata aku benar-benar hamil. Hal ini
kuutarakan kepada Ary dan kuminta ia membantu membelikan satu botol bir
hitam untukku. Keesokan harinya, Ary menyerahkan bir hitam itu kepadaku,
dan malamnya kuminum. Tiga hari setelah minum bir hitam tersebut,
mens-ku datang.
Setelah mens-ku selesai sekitar 7 hari, aku dan Ary melanjutkan lagi
hubungan seks seperti biasanya. Praktis selama dua bulan ada 18 kali aku
dan Ary berhasil melakukan hubungan seks yang memuaskan dengan aman
tanpa ketahuan keluarga di rumah. Keinginan untuk melakukannya setiap
hari sulit terlaksana, mengingat situasi rumah yang tidak memungkinkan.
Dari sekian kali hubungan seksku dengan Ary, seingatku ada tiga kali
yang benar-benar sangat memuaskan diriku. Selain kejadian yang pertama
kali, hubungan seksku dengan Ary yang sangat memuaskan adalah sewaktu
kami berdua melakukan di suatu siang hari dan saat malam takbiran.
Kejadian di siang hari itu, yaitu saat aku selesai mandi dan
bersiap-siap berhias diri mau pergi ke kantor. Saat itu kedua mertuaku
dan adik-adik iparku yang lain sedang tidak ada di rumah. Yang ada hanya
Ary, yang kebetulan sudah pulang dari kantornya, karena hari Jumat.
Kedua anakku asyik bermain dengan pengasuhnya.
Tanpa sepengetahuanku, saat aku memakai make-up, tiba-tiba Ary masuk
kamarku yang tidak terkunci. Setelah menutup pintu kembali dan
menguncinya, dari belakang ia memelukku, melepaskan handuk yang
membungkus tubuhku, sehingga aku dalam posisi telanjang bulat. Diciumnya
pundak belakangku, sambil tangannya memainkan kedua payudaraku, dan
turun mempermainkan vaginaku. Akibatnya, aku tak tahan dan vaginaku
cepat basah. Segera kubalikkan tubuhku dan kupeluk serta kulumat bibir
Ary dengan penuh nafsu. Kemudian kubuka reitsleting celananya dan
kutanggalkan celana panjang dan celana dalamnya. Kemudian aku jongkok di
hadapannya, sambil meremas, menjilati, dan mengulum lontongnya dalam
mulutku.
Setelah kurasakan lontongnya semakin keras, kudorong tubuh Ary duduk di
tepi tempat tidur. Kemudian aku berdiri membelakanginya, dan setengah
jongkok kupegang dan kuarahkan lontongnya masuk ke dalam lubang
kewanitaanku yang sudah basah itu. Kuturun-naikkan dan kuputar pinggulku
untuk merasakan nikmatnya lontong Ary yang telah masuk seluruhnya dalam
lubang vaginaku. Sambil bergoyang itu, aku merintih dan berdesah,
"Oooh.. aaghh.." Ary tak mau ketinggalan, ia membantu menurun-naikkan
pinggulku dan kadang-kadang meremas-remas kedua buah dadaku. Kurang
lebih tiga menit dengan posisi ini, terasa aku sudah mau orgasme.
Kupercepat gerakan turun naik dan goyangan pinggulku, dan saat itu Ary
merintih, "Oh.. oh.. Wita, Ary mau keluar.. oh.."
Akhirnya berbarengan dengan keluarnya spermaku, kurasakan lontong Ary
menyemprotkan spermanya dengan keras memenuhi lubang vaginaku. Tubuhku
terasa terbang merasakan semprotan yang hangat dan nikmat itu. Kemudian
kukeluarkan lontong Ary dari lubang vaginaku. Kulihat masih cukup keras.
Dengan penuh nafsu kujilati, kuhisap lontong Ary yang masih basah
diselimuti campuran sperma kami berdua.
Tak berapa lama kemudian lontong Ary kembali keras. Kemudian kuminta Ary
menyetubuhiku dari belakang. Dengan menopangkan kedua tanganku di atas
meja hias dan posisi menungging, kusuruh Ary memasukkan lontongnya ke
dalam lubang vaginaku dari belakang. Betapa nikmatnya kurasakan lontong
Ary menghunjam masuk ke dalam lubang vaginaku, kemudian sambil
meremas-remas kedua buah dadaku, Ary mempercepat tusukan lontongnya.
Dari cermin yang berada di hadapanku, kulihat gerakan dan ekspresi wajah
Ary yang sedang mempermainkan lontongnya di dalam lubang vaginaku.
Situasi ini menambah naiknya birahiku. Kurang lebih tiga menit merasakan
tusukan-tusukan lontongnya, aku tak tahan ingin orgasme lagi. Aku
merintih, "Aduh.. oh.. agh.. Ri, tembus Ri.. aagh.. Wita mau keluar
lagi, cepatkan Ri.. oh.. aaghh.." Ternyata Ary pun mau keluar. Ia pun
merintih, "Oh.. augh.. Wita, Ary juga mau keluar.. aduh.. Wita.. bareng
ya.. oh.." Beberapa saat kemudian, secara bersamaan aku dan Ary mencapai
orgasme. Kurasakan kembali semprotan sperma Ary yang hangat dan nikmat
lubang vaginaku.
Setelah itu, kami berdua berpelukan dengan mesra. Aku berkata, "Nakal
ya.." Ary mencium pipi dan keningku kemudian pamit keluar. Kemudian aku
pun keluar ke kamar mandi untuk membasuh vaginaku. Jam 14:00, jemputan
mobil dari kantorku datang. Malamnya sesuai janji via telepon, kembali
Ary masuk ke kamarku dan menyetubuhiku secara terburu-buru, karena
khawatir ada yang memergoki. Walau dalam keadaan terburu-buru,
persetubuhanku dengan Ary yang dilakukan setiap dini hari itu, cukup
memuaskan, karena paling tidak setiap bersetubuh itu aku bisa orgasme
minimal satu kali dan merasakan semprotan sperma Ary di dalam vaginaku.
Selanjutnya, persetubuhanku dengan Ary yang benar-benar memuaskan dan
menyebabkan aku lemas tak berdaya adalah saat malam takbiran. Pada malam
itu, aku menginap di rumah orang tuaku. Sesuai janji via telepon Ary
datang menjengukku. Kami berdua duduk mengobrol merayakan takbiran di
rumah. Kedua orang tuaku menyuruhku menawarkan bir kepada Ary. Selesai
acara TV, ayahku pergi keluar rumah dan ibuku masuk tidur. Kini di ruang
tamu, tinggal aku dan Ary duduk berdua ngobrol sambil menikmati bir
sepuas-puasnya. Karena pengaruh bir, kurasakan nafsu seksku mulai naik.
Kemudian aku pamit sebentar, melihat kedua anakku sekalian mengecek
Ibuku. Aku mengganti bajuku dengan daster dan kutanggalkan celana
dalamku. Setelah kuketahui ibuku sudah pulas tidur dan keadaan aman, aku
kembali ke ruang tamu, duduk di sebelah Ary. Tak lama kemudian Ary
sudah memelukku, menciumiku sambil bertanya apa ibuku sudah tidur.
Mengetahui ibuku sudah tidur, Ary mulai menggerayangi vaginaku dengan
jari-jari tangannya sambil melumat bibirku. Aku menggelinjang dan
merintih, "Oh.. Ri.. enak sekali.. Ri.. oh terus Ri.." Aku tak mau kalah
dan kuremas-remas lontongnya dari luar celana yang membuat lontongnya
semakin keras. Kemudian kusuruh Ary berdiri, kubuka reitsleting celana
panjangnya dan sekaligus celana dalamnya. Kulihat dan rasakan lontong
Ary lebih keras dan besar dari biasanya.
"Aduh.. wow.. kok lebih keras dan besar Ri lontongnya?" Ary berterus
terang bahwa sorenya ia minum jamu kuat laki-laki sebagai persiapan
untuk memuaskan diriku. Kuhisap, kujilati dan kukulum lontongnya dengan
penuh nafsu. Karena tak tahan lagi, kudorong tubuh Ary duduk di sofa.
Aku duduk di atas pangkuannya. Kemudian kupegang dan arahkan lontongnya
ke dalam vaginaku. "Wow.. aduh Ri.. gede banget dan enak Ri,
lontongnya.. aduh.. oohh.." aku mengerang. Sambil kulumat bibirnya,
kunaik-turunkan pinggulku agar dapat merasakan gerakan, tusukan dan
denyutan lontong Ary. Sekitar dua menit kugoyang, akhirnya aku mencapai
orgasme karena tak tahan merasakan lontong Ary yang lebih keras dan
besar dari biasanya. Kemudian kami berdua merubah posisi dengan doggy
style. Kurang lebih tiga menit, lagi-lagi aku tidak tahan dan orgasme
untuk yang kedua kalinya. Setelah beristirahat sebentar, kami berdua
merubah posisi dengan berdiri. Lontong Ary masih keras dan ia belum
keluar sama sekali. Lagi-lagi, mungkin karena pengaruh bir dan nafsu
yang menggebu, aku mencapai orgasme yang ketiga kalinya.
Dengan masih mempertahankan lontongnya yang keras dan panjang di dalam
vaginaku, Ary menggendongku masuk ke kamar tidurku. Direbahkan tubuhku
di kasur di atas lantai yang sudah kusiapkan. Masih kurasakan nikmatnyan
dan orgasmeku yang keempat kalinya saat Ary menyetubuhiku dengan posisi
di atas. Setelah itu aku tak ingat lagi dan menyerah pasrah menerima
tusukan-tusukan lontong Ary.
Mungkin lebih dari 10 kali aku mencapai orgasme, dan aku tak tahu berapa
kali Ary keluar. Saat terbangun kira-kira jam 5 pagi, terasa kepuasan
yang amat sangat pada diriku walau kakiku rasanya gontai dan lemas.
Kurasakan juga kehangatan sperma Ary yang masih ada di dalam vaginaku.
Tak disangka selingkuhku di malam takbiran dengan Ary adik suamiku
adalah yang terakhir, karena beberapa hari kemudian, suamiku sudah
kembali ke rumah.
Sekembalinya suami di rumah, malam harinya suami mengajakku bersetubuh.
Sambil bersetubuh, suami bertanya apakah jadi selingkuh dengan Ary.
Karena memang sudah diijinkannya, aku berterus terang mengaku. Pada
mulanya suamiku agak marah, mungkin tersinggung, tapi akhirnya ia
memaafkanku. Sejak saat itu hubunganku dengan Ary praktis terputus.
Namun, Ary masih mencoba mendekatiku dan berusaha mengajakku untuk
berhubungan lagi. Hal itu ia lakukan beberapa kali via telepon saat
suamiku ke kantor. Walau sebenarnya aku sendiri masih menginginkannya,
namun ajakan Ary tersebut terpaksa kutolak. Selain suasana rumah memang
tidak memungkinkan, aku juga khawatir jika suamiku akan marah karena ia
belum mengijinkan lagi.
Peristiwa perselingkuhanku dengan adik ipar atas saran dan ijin suami
menjadi pengalaman yang manis sampai saat ini. Lebih dari itu, jika
suami mengungkit-ungkit lagi masalah ini dan minta aku menceritakannya
kembali, bukannya marah yang kudapat darinya, malah sebaliknya kasih
sayang yang makin besar.
Setiap kali akan meniduriku, untuk merangsang dirinya, suamiku selalu
meminta aku untuk menceritakan kembali pengalaman selingkuhku dengan
adiknya itu. Ia kerap bertanya posisi apa saja yang aku dan Ary lakukan
saat berhubungan seks, berapa kali aku klimaks, bagaimana rasanya
vaginaku menerima semburan sperma Ary dlsb. Untuk membahagiakannya,
kuceritakan semuanya secara jujur. Setiap kali mendengar ceritaku itu,
nafsu seks suamiku semakin meningkat dan ia meminta aku mempraktekannya
kembali dengan menganggap dirinya sebagai Ary. Terus terang, gairah
seksku pun semakin meningkat saat harus membayangkan dan mempraktekan
kembali cara-cara hubungan seksku dengan Ary.
Ternyata perselingkuhan tidak selalu merusak keharmonisan rumah tangga.
Mungkin ada benarnya jika orang menerjemahkan arti kata 'selingkuh'
sebagai 'selingan indah keluarga utuh'.