Pengalaman Pertama Bermasturbasi
Sebelum aku mengisahkan tentang
pengalaman pertamaku bermain sex dengan pasangan, ada baiknya aku
ceritakan dulu pengalaman pertamaku bermain sex solo atau bermasturbasi,
karena jauh hari sebelum aku melakukan hubungan sex, aku sudah sering
melakukan masturbasi.
Aku sejak kecil memang sudah tidak suka dan tidak pernah mau memakai BH.
Kebiasaan ini berlanjut hingga kini. Hal ini tentu membuat kedua orang
tuaku jadi kelabakan. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, aku hanya
memakai kaos singlet di dalam hem seragam sekolahku. Mungkin kebiasaan
memakai singlet sejak kecil inilah yang membuatku hingga saat ini lebih
leluasa memakai T Shirt yang lebih mirip singlet itu.
Demikian pula saat aku duduk di bangku SMU, aku juga hanya memakai kaos
singlet di dalam hem seragam sekolahku. Memang agak mending sih,
ketimbang aku hanya langsung memakai hem saja tanpa BH di dalamnya, jadi
fungsi kaos singletku adalah sebagai pengganti BH.
Soal CD memang sejak usiaku masih anak-anak, aku lebih suka yang model
sexy, namun saat SD aku tidak bisa berkutik karena Mamaku yang selalu
membelikan semua kebutuhanku. Baru sejak SMP aku sudah bisa memilih
model CD kesukaanku sendiri, karena saat itu aku sudah dipercaya untuk
membeli kebutuhanku sendiri, walau uangnya tetap kudapat dari kedua
orang tuaku.
Pada awalnya saat aku masih SMP, model CD yang kubeli masih biasa-biasa
saja, karena untuk CD yang mini seperti model berenda atau G String
rata-rata harganya masih sangat mahal untuk anak seusiaku, apa lagi aku
dari kalangan keluarga yang hidupnya hanya pas-pasan.
Baru saat SMU aku bisa membeli dan memakai CD yang kuidam-idamkan dari
sejak masih kecil, karena saat itu uang sakuku juga sudah mulai agak
banyak, jadi aku bisa menabung dulu untuk membeli penutup alat vital
yang kuidam-idamkan itu. Dan saat SMU-lah aku mulai terbiasa dengan
memakai rok mini sebagai seragam sekolah.
Pokoknya sejak aku SMU-lah aku merasakan merdeka, bisa memiliki dan
memakai CD berenda atau G String yang kuidam-idamkan. Bayangkan saja
modelnya, keduanya hampir sama mininya, hanya yang satu berenda dan yang
lainnya G String terbuat dari seutas tali nylon. Saat kukenakan
melingkari pinggangku, yang model G String sedikit ada perbedaan, ada
ikatannya di samping kanan dan kiri pinggangku.
Semua modelnya seperti bikini yang amat sangat mini, hanya ada secarik
kain berbentuk segi tiga di bagian depan, fungsinya hanya mampu menutupi
bagian depan liang vaginaku. Sedangkan CD berenda yang kumiliki bagian
depannya berbentuk hati kecil dengan renda di pinggirannya.
Waktu SMP masih belum seberapa, namun baru saat aku SMU banyak teman
sekolahku, baik teman sekelas atau dari kelas lain termasuk para guruku,
sering menelan ludah saat aku lewat di hadapan mereka. Karena saat SMP
rok bawahanku masih biasa-biasa seperti layaknya murid wanita yang lain,
namun saat SMU aku sudah berani memakai rok mini saat sekolah.
Awalnya pihak sekolah memang melarang, namun lama kelamaan pihak sekolah
mungkin bosan juga, atau mungkin juga kepala sekolahku merasa ada
baiknya bisa ikut menikmati memandang pahaku yang mulus (Haa.. Haa..
Haa..!). Bukan GR lho, aku sejak kecil memang sudah cantik dan selalu
menjadi bintang sekolah, bukan hanya bintang di kelas saja. Banyak cowok
teman sekolahku yang menaksirku tapi mereka harus mundur dengan patah
hati karena aku memang tidak mau terikat sejak dulu. Aku paling tidak
suka dengan cowok yang egois, yang jika merasa sudah dekat denganku lalu
yang lain tidak boleh lagi mendekatiku. Aku ingin dapat berteman tanpa
ada ikatan apa lagi paksaan.
Pertama kali aku mengenal permainan sex adalah saat aku masih SMU, bukan
sex sungguhan sampai ML. Maksudku, kami hanya sampai petting hingga
oral sex saja, istilahku saat itu SSKTR (Sex Sex Kecil Tanpa Resiko).
Bagaimana kisahnya, nanti akan kuceritakan pada kisahku yang akan
datang, untuk kali ini aku akan menceritakan pengalaman masturbasiku
yang pertama.
Aku pertama kali melakukan masturbasi saat masih duduk di bangku SMP.
Aku sudah lupa waktunya, namun aku masih ingat saat itu aku masih duduk
di bangku kelas dua SMP. Sebenarnya ada teman sekelasku yang kutaksir
saat itu, namanya Joko. Anaknya pandai. Dia menjadi temanku saat kelas
dua, karena saat masih kelas satu dia bersekolah di Solo, dan baru pada
kelas dua orang tuanya pindah tugas ke Surabaya hingga Joko pun harus
ikut pindah sekolah.
Banyak teman-teman cewekku yang juga menaruh perhatian pada Joko namun
Joko anaknya cuek saja. Tidak seperti teman-teman cowokku yang saat itu
yang sudah mulai puber dan banyak tingkahnya, Joko anaknya tenang, lebih
pendiam dan sedikit berwibawa. Mungkin ini juga yang membuat
teman-teman cewek lainnya jadi penasaran padanya.
Saat-saat aku di rumah, aku sering membayangkan bagaimana kalau
seandainya Joko mencium bibirku, meremas payudaraku yang sudah tumbuh
membesar itu. Bahkan aku juga membayangkan bagaimana kalau seandainya
jari-jari%2