Halo pecinta cerita
dewasa dengan tema cewek berjilbab, kali ini akan kuceritakan sebuah
petualangan seksualku bersema seorang wanita berjilbab yang kesehariannya
sangat alim, mungkin kalian tidak akan percaya kejadian ini, bahkan saya pun
kadang kala tidak bisa mempercaya bahwa saya pernah memadu cinta dengan seorang
wanita yang alim. Oia, namaku adalah Erwin, aku mahasiswa tingkat akhir di
sebuah perguruan tinggi, umurku 21 tahun.
Wanita itu bernama Ria
Febrianita, ia biasa disapa Anita atau Nita. Wanita yang telah berumur 28 tahun
dan telah memiliki anak 1 ini adalah tetanggaku, rumahnya hanya terpaut tiga
rumah dari rumahku. Suaminya Pak Kirno, adalah mantan TNI yang kini tak bisa
laki banyak beraktifitas akibat cederan yang dialaminya ketika melaksanakan
tugas militernya di sebuah daerah di bagian timur Indonesia. Sementara Anita,
adalah seorang ibu muda yang energik dan mandiri, dia adalah ketua kelompok
pengajian ibu-ibu di lingkungan RW tempat tinggalku, ia pernah mengenyam
pendidikan pesantren entah berapa tahun, namun di lingkunganku ia dikenal
sebagai seorang wanita yang alim.
Setia hari, Jilbabnya
tak pernah lepas dari kepalanya, pakaiannya lebar tak bebas menunjukkan lekuk
tubuhnya, walaupun kadang-kadang juga dia memilih busana yang agak sempit dan
menunjukkan bagian tubuhnya yang menarik, seperti pantat dan payudaranya. Dia
terlihat ramping jika mengenakan stelan daster dan mengenakan jilbab yang
dilingkarkan ke lehernya, sebagian saja yang menutupi dada bagian kirinya,
sisanya tentu saja masih kelihatan.
Wajahnya ayu dengan
mata yang sayu dan kebiasaannya tersenyum kepada ibu-ibu, saya sering
menyapanya dan menikmati sedikit senyumnya, bibirnya tipis berisi, hidungnya
tidak terlalu mancung, juga tidak pesek. Aku senang memandangi pipinya yang
tampak putih dan agak sedikit memerah, dia memang putih mulus. Tingginya
sekitar 150an, aku masih lebih tinggi sedikit dibandingnya. Karena dia memang
akrab dengan ibuku, aku sering bertamu ke rumahnya, jika bertamu dia tetap
mengenakan jilbab, namun yang biasa saja dengan pakaian santai, pernah suatu
hari aku datang menemuinya di pagi hari ketika disuruh oleh ibuku, dia
menerimaku dengan tetap mengenakan jilbabnya, namun pakaian yang dikenakannya
adalah, pakaian tidur, sehingga jelas terlihat bentuk tubuhnya, dia masih
ramping walaupun telah melahirkan, pantatnya berisi dan pahanya lumayang
menyenangkan bentuknya. Matanya yang sayu serta senyumnya yang anggun berpadu
dengan ekspresi wajah baru bangun tidur, tanpa make up. Aku sangat gembira dan
diam-diam memperhatikan tubuhnya, sesekali dia mengetahui kalau aku memperhatikan
tubuhnya, namun dia mengacuhkan dan membuyarkan lamunanku saja.
Suatu malam, saat aku
baru pulang dari acara kongkow bersama teman-temanku, aku iseng berjalan pelan
dan memperhatikan rumah Anita, malam cukup sepi waktu itu, kira-kira jam 1
malam, aku melihat ada bias cahaya dari ruang tamu Anita, Kupikir dia belum
tidur tentunya, tidak mungkin itu suaminya, karena suaminya pasti telah tidur
jam 9 atau jam 10 tadi. Jika yang menonton itu adalah keluarganya, tentu saja
bukan, tak ada orang yang datang ke rumahnya hari ini, jika ada tentu saja
ketahuan, aku tetangganya. Akhirnya aku iseng mendekati rumahnya dan mengintip
apa yang dilakukan oleh Anita, kenapa dia belum tidur pada larut malam begini.
Samar-samar suara
televisi terdengar olehku, volume televisinya disetting kecil, namun di malam
seperti ini, suara seperti itu dapat keluar rumah, walaupun samar-samar. Dari
dalam kudengar suara desahan demi desahan seorang wanita yang sepertinya sedang
menikmati hubungan seksual, beberapa kali desahan terdengar sangar seksi setika
wanita itu mengalami puncak ketikmatan.
Namun ada yang aneh,
beberapa kali suara desahan wanita di televisi diselingi suara desahan wanita
yang lain, mungkin ada dua wanita yang bercinta. Aku heran, ternyata Anita yang
kukenal sebagai seorang ibu muda yang alim juga senang menonton Video Porno,
lama kelamaan pendengaranku fokus pada suara-suara yang terdengar samar, aku
mencari sesuatu yang lebih, hingga suara desahan wanita yang lainnya
dilanjutkan dengan erangan dan beberapa kata, "ouchhhh... ouchhhh enak
banget sayang, pengen digituin...", aku terhentak itu suara Anita.
Akhirnya aku mengintip
dari jendela, mungkin dia sedang bercinta dengan suaminya, aku penasaran
melihat tubuh telanjang Anita, tapi aku salah, dia tidak bercinta, tak ada
seorangpun yang menemainya disana, dia sendirian, kulihat dia mengangkan,
membuka pahanya yang lebar sambil menggosok memeknya, dia tak mengenakah
jilbab, rambut hitam sedikit berombar tak karuan lagi, beberapa helai menutupi
wajahnya, dia mengenakan baju tidur merah jambu, celananya telah lepas, kulihat
pahanya putih mulus, berisi dan menggairahkan, aku ingin segera masuk dan
membantunya, pikirku, namun tentu saja aku tidak bisa melakukannya, dia pasti
akan berteriak dan bisa-bisa aku dipergoki massa.
Kulihat dia memulai
lagi proses berburu kenikmatannya, kulihat ia menengadahkan ke palanya ke atas,
lehernya yang putih terlihat olehku, walaupun tak terlihat jelas, aku
membayangkan disana ada bulu halus yang dapat kuciumi, kedua kakinya diangkat
ke atas sambil dimekarkan, tangan kirinya perlahan menggosok bibir vaginanya,
sambil bergoyang seperti seorang wanita sedang menari streaptise, dia mulai
keenakan, tangan yang satunya mulai mempermainkan dadanya sendiri dari luar,
kulihat dia mengejang kecil, yaaa beberapa kali tubuhnya mengejang, mungkin
jari tangannya dimasukkan ke memeknya dan menyentuh itilnya, atau dia tak tahan
menahan rangsangannya sendiri pada payudaranya.
Dia mengejang dengan
sangat erotis, saat ini dia tak bersandar lagi di sofanya, dia telah terbaring,
kakinya rapat, dia melipat kakika dan menjepit tangannya yang diam di
selangkangannya, mungkin tangannya sedang mesra mengelus itilnya, dia berguling
kiri kanan, sesekali meremas rambutnya sendiri atau mengisap jari tangan
kanannya. Saat dia berguling, kulihat bongkahan pantatnya yang begitu
membusung, tertanya dia memiliki tubuh yang hebat, harusnya dia menjadi model,
apalagi wajahnya memang manis.
Tanpa kusadari, aku
telah memasukkan tanganku ke dalam celana dalamku, pelan-pelan kukocok kontolku
yang telah menegang sedari tadi. Kuperhatikan terus perilaku Anita yang
betul-betul tak sadar akan keberadaanku, dia mulai mendesah dicampur erangan,
aku mengocok terus penisku, kusesuaikan irama kocokanku dengan desahan anita,
Oucchhh.. anitaaa aku pengen memekmu sekarang .... dan anita juga mulai
berkomat kamit, tuuu sukhhh dongghh sayanggg, ouchhhh!!! yang cepattt....
Ouchhh, ouchhhh...
ahhhhh, kulihat dia mengejang sambil mempercepat gesekan tangannya pada vagina,
dia bergerak sangat erotis, hampir seperti kesetanan, aku mempercepat
kocokanku, erangannya semakit nikmat terdengar.. Oucchhhh ouhhhh .. oooohhhhhh,
Dia mengejang luar biasa sambil menekuk tubuhnya sehingga dia terbaring dengan
gaya pistol, dia tetap saja mengejang, kedua tangannya meremas vaginanya kali
ini, kulihat mulutnya menganga tak bersuara hingga dia mendesah, melepaskan
nafasnya yang tertahan, kemudian diikutu desahan nafas yang semakin lama
semakin mengecil. Ouchhhh aku pun sampai, celanaku basah saat kulihat Anita
menemukan kenikmatannya, kubayangkan tubuhku dipeluk erat olehnya dan kontolku
dijepit erat-erat di selangkangannya.
*****
Sejak malam itu, aku
seperti baru mengenal Anita, ternyata dia adalah seorang wanita muslimah yang
tidak saja alim, tapi juga sangat seksi dan sangat menggairahkan. Aku
seringkali membayangkan dia berjalan di depanku dengan busana muslimnya yang
santu sambil membisikkan kata-kata cinta, "malam nanti main ke rumahku
yuk, aku punya pertunjungan yang bagus buatmu". Kubayangkan Anita berkata
begitu padaku.
Saat aku bertamu di
rumahnya, aku mulai nakal, mataku semakin susah kukendalikan, hingga Anita tau
ada yang berubah dari caraku memandangnya."Ada apa,
Win?", Dia mengagetkanku saat kuperhatikan dadanya."Ehhh, gak papah,
Mba Nita"."Kok, bengong
begitu?"."Ehhh gak papa,
saya pamit pulang dulu deh, yang penting pesan ibu saya sudah disampaikan.
Assalamu alaikum"."Walaikum
salam". Dia menjawabnya dengan senyuman.
Hampir tiap malam aku
berfantasi bercinta dengannya, ngentot habis-habisan sampai kami tak bisa
bangun di pagi hari karena kelelahan. Aku semakin sulit mengontrol gairahku,
seperti ada sesuatu yang belum lengkap dalam diriku ketika membayangkan tubuh
seorang wanita muslimah yang alim namun sangat menggairahkan, sangat panas dan seksi,
apalagi tubuhnya sangat mengagumkan. Kadang-kadang aku mencandai diriku
sendiri, mungkin jika bercinta dengannya, aku pasti sudah Ngecrooot saat
dipeluk dan menjilati payudaranya, walaupun aku belum melihat secara langsung
buah dada itu. Ahhhhhh
Akhirnya aku tahu,
bahwa dia seringkali menonton film porno di malam minggu, memang pertama kali
aku mengintipnya adalah malam minggu, saat itu aku pulang malam mingguan
bersama teman-temanku. aku sudah mendapatinya 3 kali, dan malam nanti dia pasti
menonton lagi. Pikiran cerdasku mulai datang dan terkumpul menjadi rencana. Aku
akan merekamnya, agar aku bisa menikmatinya suatu saat tanpa menunggu akhir
pekan.
"Tim, Pinjam
handycam dong!". Kataku lewat telfon."Buat apaan en
kapan lu mau pake?", tanya Tim, teman dekatku yang tiap malam minggu pasti
bersamaku, dia belum pernah mendengar ceritaku soal ini."Ada deh, lu gak
usah tanya-tanya ah, ntar sore gw kesitu ngambil barangnya!"."Ntar sore gw mau
jalan sama Tiara, lu ntar malam ikut malam mingguan kan?"."Pasti dong,
emang napa?"."Ntar malam aja
lu ambil barangnya"."Ok".
Aku tersenyum, aku
bersiap-siap keluar rumah untuk membeli kaset. Di jalan aku bertemu dengan
Anita, dia sedang ribet membawa barang-barang belanjaannya. Tentu saja aku
membantunya, aku membawa barang-barangnya dan berjalan di belakangnya,
memperhatikan cara jalannya, membayangkan pantatnya, dan menikmati
lenganggak-lenggoknya. Baru kali ini kusadari, ternyata Anita terbiasa mendobel
pakaiannya, misalnya saat dia mengenakan daster atau gamis dengan paduan rok,
dia pasti mengenakan celana kain di bagian dalam, sehingga jika roknya
tersibak, betisnya tak kelihatan. Mungkin aku baru menyadari ini karena pikiran
ngeresss yang belakangan ini rajin datang saat bertemu dengan Anita.
"Simpan disitu aja,
Win!". Anita merunduk di depanku, dia menaruh kantong plastik yang ia
tenteng di lantai. Sesaat kuperhatikan pantatnya yang membusung kepadaku,
mungkin Anita sadar kalau aku memperhatikannya sehingga dia cepat-cepat berdiri
dan menghindar.
"Taruh aja di
situ, Win!". Dia menyuruhku lagi."Ohh iya,
mba". Aku bergegas menaruhnya. "Bisa saja aku mendekapnya saat ini
dan memperkosanya di dapur dengan sangat tenang". Bisikku dalam hati, tapi
aku bergegas pergi dan tidak menghiraukan pikiranku, aku tetap harus
menghormatinya sebagai wanita suci, lagi pula aku tak berniat merusak
kecantikannya. tapi aku tetap ingin menikmati tubuhnya, menghujaninya dengan
air maniku. Ahhhh
*****
Malam ini, aku pulang
terlalu larut, Tim dan teman-temanku yang lain mengerjaiku sehingga aku harus
pulang lebih larut dari biasanya. Aku bergegas mendekati rumah Anita. Dia
ternyata belum tidur dan sedang menhabiskan malam di depan televisi seperti
biasa. Penampilannya sudah acak-acakan, mungkin dia akan selesain, akhirnya
cepat-cepat kukeliarkan handycam dan merekamnya.
Dia berbaring di atas
sufa berbulunya, tidur telentang, dengan kaki terbuka. Malam ini dia masih
mengenakan jilbabnya yang berwarna orange tua walaupun sudah tak rapi, dia
mengenakan baju gamis dengan motif teratai kecil dengan warna dasar putih,
roknya tersibak ke atas sementara tangannya memijat memeknya, dia telah
mengejang beberapa kali, aku berhasil merekamnya hingga dia mengeluh dengan
luar biasanya, dia hampir terjatuh dari sufa karena tidak bisa mengontrol dirinya
yang sedang diserbu rasa nikmat surgawi. Setelah erangannya selesai, aku tetap
mengintipnya lebih lama, Namun aku tak merekamnya lagi karena dia telah
menurunkan roknya yang lebar sehingga dia tak tampil seperti telah
bermasturbasi.
Aku memperhatikan
dirinya, dia telah tertidur pulas, televisinya tetap menyala namun tak ada lagi
permainan di dalam sana, mungkin filemnya telah usai. "Anita mungkin
pulang kemalaman dalam suatu acara di akhir pekan sehingga dia masih berpakaian
rapi seperti itu, atau mungkin dia menerima tamu yang pulang kemalaman, dan dia
kecapean sehingga merasa tak usah mengganti pakaian. namun pemandangan semalam
sangat seksi melihat dia bermasturbasi dengan pakaian muslimah seperti itu.
Aku pulang, setibanya
di rumah, aku langsung menonton videonya dan beronani, aku tak sabar
melampiaskan nafsuku dengan melihat dirinya mencapai puncak kenikmatan. Aku
merasakan onani yang sangat nikmat, melihat dirinya sambil berfantasi bercinta
dengannya yang masih mengenakan busana muslimah seperti itu.
Aku tak bisa tidur,
pikiranku kasak kusuk hingga pikiran jahat mampir di kepalaku, "Ancam dia
kalau kau akan menyebarkan videonya, kalau tidak dia harus memuaskanmu".
Godaan dalam hatiku semakin kuat. Tapi aku tetap berusaha untuk tidur.
Keesokan paginya, aku
cepat-cepat keluar, membeli kartu sim baru untuk meneror Anita. Aku tak tahan
lagi, ide semalam mungkin ampun untuk memuaskan diriku, dia tidak akan berani
melawan lagi, dan tidak akan mau videonya kusebarkan, sehingga orang-orang akan
tahu kelakuannya, dia pasti akan malu sebagai wanita yang alim dan ketua
pengajian ibu-ibu. Dia pasti akan menuruti kemauanku.
Bersambung...