Ceritadewasaku.Sextgem.Com Kumpulan Cerita Sex XXX Dewasa 17 Tahun Abg, Tante Girang, Jilbab, Hijab, Perkosaan, Selingkuh, Sedarah, Anak dan Bapak Tiri, Papa dan Anak, Mama dan Anak, Tante dan Ponakan, Mertua, Sepupu, Kakak dan Adik Kandung, Perawan Malam Pertama, Lesian, Homo, Gay, SMP, SMA, Mahasiswi, Pelajar
Cerita ini terjadi ketika saya masih di kelas 3 SMU di Bandung.
Sebetulnya saya menyadari bahwa ada kecenderungan yang berbeda pada diri
saya sejak saya masih kecil. Tapi saya tidak merisaukannya. Selama
tidak kita eksplor, kecenderungan itu tidak akan membahayakan. Tapi saya
sangat menyukai hal ini. Ini adalah pengalaman nyata.
Saya bisa di bilang berasal dari keluarga yang cukup mampu, dan banyak
yang bilang kalau saya cukup tampan, karena banyak cewek yang naksir
(itu kata temen cewek saya pada saya bila ada temannya yang naksir pada
saya) tapi biasanya itu baru mereka katakan setelah lama berlalu, jadi
saya tidak menangapi, lagian saya termasuk orang yang rada pendiam dan
cenderung pemalu sama cewek.
Di sekolah, saya cukup terkenal, baik karena saya bisa dibilang kece'
(itu bahasa yang sering digunakan waktu itu) maupun karena ortu gue yang
cukup dikenal dikalangan mereka dan ortu mereka, karena kebanyakan ortu
saya adalah atasan ortu mereka. Tapi saya tidak sombong dengan hal itu,
karena saya punya teman dan sahabat dari semua kalangan, walaupun pada
awalnya saya sering dibilang sombong karena sifat pendiam saya.
Waktu itu saya di comblangin dengan seorang cewek, yang saya tahu sudah
suka sama saya sejak SMP (kami satu SMP). Pada awalnya saya kurang
setuju, karena itu cewek bukan type saya (saya suka cewek cantik, sexy,
putih dan rambut panjang), sedang dia walaupun tidak bisa dibilang
cantik, biasa sajalah, tapi sepertinya punya daya tarik sendiri kalau
kita sudah mengenalnya (entah apa), mungkin matanya yang indah, kulitnya
hitam manis dan rambutnya pendek cenderung cepak, tapi berhubung yang
nyomblangin sahabat gue sendiri yang pacaran sama sobatnya itu cewek,
akhirnya aku mau diajak kerumah itu cewek, Widi namanya, dengan alasan
pinjam buku, komik.
Singkatnya lama-lama kami saling suka karena sering ngobrol, curhat, aku
berani bilang suka sama dia karena aku yakin nggak bakal ditolak,
karena dia memang aku tahu sudah suka sama aku sejak dulu. Dan karena
itu aku jadi merasa punya kuasa dan pegang kendali terhadapnya, walaupun
dia agak tomboy tapi kalau sama aku dia nggak pernah ngelawan, mungkin
karena perhatianku padanya, sedang dia sangat kurang kasih sayang,
karena selama ini dia tinggal dengan tantenya sejak kecil, sedang
ortunya ada di luar jawa.
Seperti yang aku ceritakan di awal, bahwa aku merasa ada yang berbeda
dengan diriku, yaitu aku suka lihat cewek sexy, dan aku ingin cewekku
juga terlihat sexy jika jalan denganku. Tapi caraku mungkin agak
berbeda, karena yang aku lakukan sepertinya lebih cenderung memintanya
memamerkan kesexyannya di public. Dan itu sangat membuat aku horny.
Walaupun aku melakukanya dengan bertahap, dan tidak vulgar.
Pada awalnya, seperti bisanya orang pacaran, jika aku datang ke rumah
Widi malem minggu aku mengajaknya bercumbu, ciuman, bibirnya lembut,
nafasnya harum, lama-lama aku berani memintanya melepaskan branya, agar
aku bisa mencumbunya dengan lebih bernafsu, dan sepertinya dia juga suka
dengan belaianku itu, karena jika dia menuruti kemauanku dia merasa aku
makin sayang padanya. Dan itu benar, karena saat dia mau untuk tidak
memakai Bra, aku merasa dia sangat sexy, dan aku suka melihat gadis
sexy, sehingga aku juga memperlakukanya dengan lembut. Lama kelamaan,
aku memintanya agar jika aku datang kerumahnya kapanpun, agar dia tidak
usah memakai BH. Dan dia menurutinya, setiap aku datang dia selalu hanya
memakai kemeja, kaos atau apapun itu tanpa memakai BH, yang pada
intinya memudahkan aku melihat payudaraya yang tidak begitu besar tapi
indah, dengan putingnya yang mengarah ke atas.
Memang aku sering memintanya untuk tidak mengancingkan seluruh kancing
bajunya, sehingga aku bisa melihat keindahan dan sexy-an tubuhnya,
bahkan terkadang hanya tinggal satu kancing saja yang masih terpasang.
Dan bila ada orang datang atau orang rumah lewat, dia hanya menutupi
dadanya dengan bantal kursi tamu, yang dia siapkan di panngkuannya. Jadi
selama aku berada di sampingnya dia selalu dalam keadaan setengah
telanjang. Bahkan bila keadaan aman (orang rumahnya pergi) aku tidak
memperbolehkannya memakai atasan sama sekali! sehinga selama itu dia
melayani aku, baik itu menyediakan minum dan makan (karena biasaya aku
lama sekali bila berkunjung ke rumahnya) dengan keadaan setengah
telanjang. Tapi sama sekali aku tidak pernah menyetubuhinya, paling
hanya mencumbunya mencium dan mempermainkan vaginanya dengan tanganku
(karena aku masih takut dengan akibatnya). Dan selama itu pula aku tidak
pernah membuka bajuku satupun, walaupun penisku sangat keras berdiri,
karena aku sangat terangsang, bahkan kadang sampai menggigil.
Sampai pada suatu saat dimana dia mulai terbiasa dan tidak malu lagi,
entah kenapa waktu itu aku kurang suka melihat daerah v-nya yang berbulu
lebat, karena bagiku itu mengurangi ke sexi-an dan keindahan tubuh
mulusnya.
Aku sangat terangsang sekali bila itu terjadi, karena tidak setiap
minggu itu bisa terlaksana, tergantung keadaan rumahnya. Aku merasa
sangat berkuasa terhadapnya bila aku bisa "memaksanya" melakukan itu
semua, aku sendiri waktu itu heran kenapa Widi rela melakukan semua itu
untukku, mungkinkah dia sanggat mencintaiku..?! Walaupun tak bisa
kupungkiri akhirnya lambat laun akupun sayang padanya.
Tapi keinginanku untuk bisa memamerkan kesexy-an tubuhnya juga makin
menggebu. Karena memang selama ini hanya aku yang bisa menikmati
keindahan tubuhnya. Hingga pada suatu saat aku ingin memberikan kejutan
pada pacarku itu.
Kalau tidak salah waktu itu adalah malam minggu, hari wajib aku apel
kerumahnya. Sebelumnya aku telpon dia, mengabari bahwa aku baru akan
datang jam 19.30-an dan kuminta dia untuk berpakaian seperti biasanya,
yaitu tanpa memamakai Bra serta dandan yang cantik, entah kenapa sejak
dia jalan dengan ku banyak yang bilang kalau dia makin feminin dan
terlihat manis. Menurut pengakuan Widi sih untuk mengimbangi aku, agar
aku tidak malu jalan dengan dia. Aku sih senang saja dengan hal itu.
Walaupun sebetulnya tidak masalah juga kalau dia tetap tomboy, tapi aku
bangga juga dengan pengorbanan dan usahanya untuk tampil menarik, karena
itu semua untukku.
Waktu itu aku mengajak teman-teman bandku untuk datang kerumah Widi,
jumlah kami berlima, aku tidak memberi tahu Widi bahwa aku akan datang
berlima, karena memang biasanya aku hanya datang sendiri. Walaupun
mereka sudah kenal beberapa bulan sebelumnya, temanku adalah teman Widi
juga.
Seperti yang sudah kuduga, begitu kupijit bel pintu rumahnya, yang
membukakan pintu adalah dia sendiri karena dia tahu aku akan datang.
Waktu itu, dia memakai rok jeans di atas lutut, dan kemeja putih tangan
pendek, dan yang paling penting adalah dia benar benar terlihar cantik
karena payudaranya secara samar terbayang di balik kemeja putihnya. Dia
tampak terkejut karena tidak menyangka aku datang bersama teman-teman
ku, aku dan teman teman dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu, dia
sedikit salah tingkah sepertinya, karena merasa malu, takut toketnya
terbayang di balik kemejanya, padahal jika tidak diperhatikan tidak
begitu terlihat. Hanya sepertinya teman temanku mengetahuinya, karena
saat Widi berjalan guncangan payudaranya agak berbeda.
Kami bercanda dan berbincang sejenak, teman temanku banyak memuji Widi
karena terlihat cantik dan sexy malam itu, beda dengan saat mereka
terakhir bertemu beberapa bulan lalu, ketika pertama akali dia ku
perkenalkan pada mereka, saat baru jadian. Kemudian Widi pamit untuk
mengambilkan minum bagi kami semua.
Saat Widi kebelakang, teman temanku pada ribut, menanyakan padaku apakah
Widi bener tidah pake BH?! Sexy banget deh! begitu kata mereka. Aku
hanya senyum senyum saja sambil mengangguk, dan dalam hati merasa senang
karena bisa memamerkan kesexian pacarku pada teman-temanku.
Saat Widi kembali datang dengan membawa baki minuman, mereka langsung
kompak terdiam, pura pura tidak terjadi apa-apa, tapi kelakuan mereka
yang tampak menahan senyum, membuat Widi penasaran, dan bertanya padaku.
"Ada apa sih..?!"
"Nggak cuman tadi waktu kamu ke belakang mereka pada bilang kalau kamu
sexy sekali dengan berpakaian seperti itu, beda dengan saat pertama
mereka bertemu denganmu!" jawabku.
"Iya Wid, kamu sexy sekali deh kalau nggak pake BH" kata Agung, salah seorang temanku yang terkenal ceplas ceplos.
Secara reflek perlahan Widi menggunakan baki yang dia bawa untuk menutupi dadanya, tapi secara tegas kukatakan.
"Udahlah nggak usah ditutup tutupi, mereka sudah tahu kok, kalau kamu nggak pake BH!"
"Sini bakinya!" pintaku.
Akhirnya karena sudah kepalang basah mungkin, Widi secara rela menemani
aku dan teman temanku ngobrol dan bercanda dengan keadaan yang seperti
itu. Baju putih yang agak transparant membuat payudaranya membayang,
apalagi saat kami tertawa, goncangan badanya membuat dirinya makin
terlihat sexy, karena payudaranya bergoyang goyang naik turun, ditambah
lagi ada saat dimana kulit payudaranya terlihat di sela sela kancing
bajunya. Dan akhirnya Widipun merasa terbiasa dan nyaman dengan
keadaannya.
Kemudian karena perutku yang minta diisi, karena belum makan dari sore,
akhirnya setelah minta ijin sama tantenya aku mengajak Widi makan malam
di luar. Tadinya Widi berencana untuk memakai BHnya dulu, tapi karena
kularang, dan mengatakan "Ini kan malam hari, jadi nggak bakal ketauan
deh!" kataku mencari alasan. Maka dia pun menurut saja. Entah kenapa
jika dia menuruti kemauanku untuk memperlihatkan keindahan tubuhnya, aku
makin sayang padanya. Dan dadaku berdegup kencang karena exciting,
bahwa keinginanku untuk memamerkan kesexian pacarku malam ini akan
terlaksana.
Dan kamipun meluncur di jalan dengan menggunakan mobil kijangku, kuminta
Iwan temanku yang menyetir mobil, sedang aku dan Widi duduk jok tengah
sedang dua temanku yang lain duduk di jok belakang. Dalam perjalanan
kudoktrin Widi agar nanti dia pede aja jalan di sampingku, karena aku
bangga punya pacar yang sexy seperti dia, yang dapat menarik perhatian
semua orang. Ia pun mengangguk, dan akupun mengatakan betapa aku makin
sayang padanya karena itu semua.
Kemudian aku memintanya (mungkin lebih cenderung dibilang agak memaksa)
untuk melepaskan satu kancing bajunya yang paling atas agar dia lebih
terlihat cantik, menarik dan sexy, Pada awalnya dia menolak, tapi
setelah agak kupaksa dengan mengatakan bahwa aku senang punya pacar
yanng sexy, akhirnya dia mau untuk membuka satu kancing bajunya (mungkin
dia takut aku putusin. Bukan sombong tapi aku tahu kelemahanya, yaitu
dia sudah naksir aku dari SMP dulu).
Kesanggupannya untuk membuka satu kancing baju bagian atasnya itu
disambut oleh tepuk tangan dan siulan teman temanku yang mendengarnya.
Dan mereka berani menjamin nggak akan ada yang berani ganggu, karena
mereka akan menjaganya. Tapi untuk menjaga kemungkinan bahwa dia akan
mengancingkan kembali bajunya, maka aku mengambil gunting dari belakang
jok supir dan menggunting satu kacingnya sampe putus sambil nyengir,
"Takut kamu ingkar janji!" kataku pada Widi. Dan dia hanya memukulku
manja.
Dengan begitu keinginanku yang rada aneh tapi membuatku sangat
terangsang itu akan lancar terlaksana. Malam itu aku mengajak Widi jalan
jalan dan makan di kawasan Dago yang setipa malam minggu pasti ramai
dikunjungi para kaum muda. Dengan tanpa memakai Bra dan kancing bagian
atas yang terbuka alias putus, maka dengan begitu, setiap orang akan
dengan leluasa melihat keindahan payudaranya setiap ia berjalan,
menunduk, atau bahkan orang yang berada disebelahnya akan dapat melihat
payudaranya dari samping. Karena aku melarangnya untuk menutupi dengan
tangannya.
"Jadi anggap saja seperti biasa" kataku, saat dia merasa canggung dengan
tatapan semua orang terutama cowok padanya yang lebih banyak mengarah
pada buah dadanya.
Yeah.. Walaupun payudaranya tidak begitu besar, tapi bagiku ukuran 32B
sangat menarik, dan sangat sexy untuk diperlihatkan secara tidak terang
terangan.
Aku sengaja mengajaknya duduk berdua saja dan berhadap hadapan, agar
terkesan romantis. Dan setelah makan selesai, aku kembali memintanya
untuk melepaskan satu kancing bajunya lagi, dan kemudian memberinya uang
untuk membayar semua makanan yang kami pesan, semula ia agak ragu, tapi
dengan bulat tekad ia akhirnya mau melakukan yang kupinta (kali ini tak
ada sedikitpun pemaksaan).
Saat itu akupun sedikit heran, kenapa Widi dengan suka rela mau
melakukannya, padahal itu berarti dia akan memamerkan dengan lebih jelas
pada semua orang kesexi-an tubuhnya. Ia berjalan seorang diri dengan
mantap, tanpa terlihat malu, melangkah menuju meja kasir. Tentunya aku
sangat terangsang sekali ketika semua mata cowok melihat dirinya dengan
tatapan yang bagiku seperti terlihat iri dan ingin memiliki dirinya.
Dalam hati aku berkata:
"Ia pacarku bung, ingin ya punya pacar seperti dia?!"
Dikesempatan lain saat kutanyakan pada Widi, mengapa saat itu ia mau
melakukan semua itu, dengan tanpa memakai Bra dan dengan baju yang rada
transparan serta dua kacing yang terbuka, berjalan di tengah ruangan
yang lumayan banyak orang, memperlihatkan goyangan toketnya saat
berjalan dan tentunya memperlihatkan sebagian keindahan tubuhnya pada
orang yang memandangnya.
Ia hanya menjawab, karena dia ingin membuktikan cintanya padaku, ia
ingin membuat aku senang, sehingga aku tak akan meninggalkannya. Karena
ia sangat mencintaiku.