Gairah Keluarga Istriku
Satu lagi kisahku yang berkaitan
dengan isteriku adalah ketika aku harus ke Menado untuk suatu urusan.
Biasanya aku tak pernah mampir kerumah keluarga isteriku yang memangnya
berasal dari sana, tetapi kali ini aku terpaksa harus mampir ke Amurang
karena isteriku menitipkan beberapa barang untuk adik dan kakaknya
disana. Setelah selesai urusanku dikota Manado, maka aku segera
memanggil taksi untuk ke Amurang yang letaknya cukup jauh dari kota
Manado.
Aku sebenarnya kepengen menginap di Manado saja karena
disana ceweknya hebat hebat dan menyenangkan, tetapi karena aku harus ke
Amurang, maka aku putuskan untuk menginap disana saja, tokh aku tahu
kalau rumah keluargaku cukup besar disana dan aku bisa menempati
paviliunnya yang sangat menyenang-kan. Aku sampai di Amurang sekitar jam
4 sore, dirumah aku disambut oleh mertuaku, Elsa kakak isteriku serta
Vera adik isteriku. Aku menatap wajah ketiga orang ini dengan pikiran
yang melayang layang, karena sejujurnya saja baik itu ibu mertuaku,
kakak iparku maupun adik iparku semuanya cantik dan mempunyai
keseksiannya sendiri sendiri. Mereka tanpa canggung memelukku serta
menciumiku seperti biasanya orang yang kangen. Tetapi aku jadi cekot
cekot sendiri. Bayangkan, meskipun mertuaku sudah hampir 55 tahun,
tetapi badannya masih montok dengan buah dada yang benar benar hebat
ditambah lagi wajah yang cantik, kalau Evie kakak iparku wajahnya kalem
khas Manado, tetapi bentuk badannya benar benar ideal karena tinggi
langsing dengan buah dada dan pinggul yang tak terlalu besar, kulitnya
bersih dan bibirnya selalu tersenyum, berbeda sekali dengan adik iparku
Vera yang wajahnya seksi dengan tubuh yang pendek dan padat ditambah
buah dada yang montok hampir hampir tak sesuai dengan badannya yang
kecil itu. Aku jadi bertanya tanya apakah Vera masih perawan, karena
badannya begitu subur.
Kami masuk kerumah bersama sama, Ibu
mertuaku merangkul aku dengan mesra sehingga dapat kurasakan buah
dadanya menempel ketat dilenganku. Aku jadi nggak karu karuan, apalagi
ketika kuperhatikan Vera, roknya yang tipis menyebabkan pantatnya yang
memakai celana dalam kecil itu terbayang nyata dihadapanku. Benar benar
membuat jakunku turun naik. Aku memang menyadari sejak dulu bahwa
keluarga isteriku semuanya cantik, tetapi aku tak pernah menduga bahwa
aku dihadapkan pada suasana seperti ini, aku sudah merasakan bahwa malam
ini aku akan mendapat santapan yang lezat, entah yang mana tetapi aku
pasti akan main dengan salah satu dari mereka atau bahkan dengan
ketiganya, karena ibu mertuaku sendiri juga masih “layak dinikmati”
Dalam
kamar aku berusaha untuk tidur sejenak karena memang tubuhku penat
sekali, aku mencoba untuk tidur barang satu jam agar supaya nanti bisa
keluar makan malam dengan keluargaku semuanya. Tetapi entah berapa lama
aku tertidur karena ketika aku bangun kulihat diluar sudah gelap dan tak
seorangpun yang berani membangunkan aku. Dengan tergesa gesa aku
mengambil handukku dan pergi mandi. Tak kulihat seorangpun dirumah,
entah kemana semua, tetapi ketika aku mendekati kamar mandi kudengan
suara deburan air serta nyanyian wanita yang sayup sayup. Dari suaranya
kukira itu suara ibu mertuaku. Benar saja ketika kuketuk pintunya ibu
mertuakulah yang menjawab. Kutunggu dimuka pintu dan tak lama kemudian
keluarlah mertuaku dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang
dilibatkan dibadannya. Aku terpana menyaksikan sembulan buah dada
mertuaku yang menonjol dari balik handuk yang dipakainya itu, apalagi
ketika mertuaku mengambil pakaian yang ditaruhnya digantungan maka aku
dapat melihat bulu ketiaknya yang lebat dan hitam itu. Secara otomatis
aku melihat keantara selangkangannya sayang tertutup dengan handuk yang
sedikit menutupi pangkal pahanya itu. Dengan nekad aku sengaja
menjatuhkan handukku dan ketika mengambilnya aku melirik kepangkal paha
mertuaku, benar saja, kulihat kerimbunan jembutnya yang masih basah
dengan air. Entah mengerti atau tidak, tetapi mertuaku hanya tersenyum
melihatku. Aku segera masuk kekamar mandi dan mulai mandi. Pikiranku
yang ngeres menyebabkan kontolku jadi ngaceng nggak karu karuan.
Kupercepat mandiku dengan harapan aku bisa nyamperin mertuaku yang
kuharapkan masih belum berganti pakaian.
Kusambar handuk,
kubiarkan bajuku tergantung dikamar mandi dan aku setengah berlari
menuju kekamar mertuaku untuk menjalankan tipu muslihatku. Dengan hanya
memakai handuk saja aku berhenti sejenak didepan kamar mertuaku, aku
menarik nafas panjang dan tanpa mengetuk aku masuk kekamar itu. Benar
saja kulihat mertuaku telanjang bulat didepan kaca sambil menyisir
rambutnya yang panjang. Mataku terbeliak melihat buah dada serta jembut
mertuaku yang amit amit tebalnya itu. Mertuaku menjerit kaget, dan
menoleh kearahku, wajahnya merah padam, tetapi tak sedikitpun ia
berusaha untuk menutupi nonoknya ataupun susunya. Dengan wajah yang
kubuat serius aku meminta tolong mertuaku untuk melihat kontolku yang
kukatakan digigit semut, memang tadi sengaja aku mencari semut merah
didepan kamar mandi dan kugigitkan kebatang kontolku sehingga kontolku
jadi bintul kena sengat semut kecil itu. Ketika melihat aku menyodorkan
kontolku yang seperti anak kucing besarnya itu mertuaku jadi terpana,
dia tak bisa berkata apa apa namun kuperhatikan matanya terus melekat
memandang kontolku itu. Mertuaku mengambil duster dan memakainya untuk
kemudian mengambil obat gosok dan mendekati aku.
Dengan agak
gemetar mertuaku mendekat dan dipegangnya kontolku untuk melihat bagian
yang digigit semut itu. ” Aduh Roy, ngana ini kok ada ada saja sih,
untung nih Evie dan Vera lagi keluar, kalau nggak kan Mamie jadi nggak
enak ya, sini Mamie kasih minyak gosok biar nggak sakit” Aku merasakan
sentuhan tangan mertuaku yang dingin sekali, kurasa kalau dia masih
sungkan atau takut karena kenekadanku ini. Setelah membubuhkan minyak
gosok, mertuaku mau berdiri, tetapi aku sengaja bilang ” Mamie masih
sakit nih, tolong dong dipijit pijit biar nggak terasa sakitnya.
Mertuaku tertawa geli dan menyuruh aku duduk dikursi panjang yang ada
dikamar itu, setelah aku duduk mertuakupun duduk disampingku dan
tangannya mulai memijit mijit bagian kontolku yang sakit itu. Tapi dasar
kontolku memang kurang ajar, begitu dipijit sedikit langsung saja dia
ngaceng dan berdiri tegak lurus. Mertuaku dengan setengah berbisik
berkata ” Roy ngana punya barang kok galak sekali ya ” Aku diam aja
karena aku juga merasakan sentuhan buah dada mertuaku yang menyenggol
lenganku. Tanpa ragu ragu aku membetulkan tangan mertuaku agar supaya
memegang kontolku dengan lebih tepat.
Tiba tiba saja mertuaku
melepaskan tangannya dan sambil tertawa menyuruh aku keluar dari
kamarnya ” Ayo Roy, itu sudah sembuh sekarang ngana keluar ” Aku yang
sudah bernafsu yakin bahwa mertuaku sebenarnya juga kepengen merasakan
kontolku ini, tetapi mungkin dia kuatir sehingga dia menyuruh aku
keluar. Karena itu tanpa bicara ba atau bu langsung saja kuterkam
mertuaku dan kutarik dusternya sehingga kami sama sama telanjang bulat.
Langsung aku menciumi bukit nonoknya yang penuh dengan jembut keriting
itu sementara tanganku dengan terlatih memilin milin puting susu
mertuaku. Mertuaku berusaha untuk memberontak dan mendorong kepalaku,
meskipun aku tahu itu tidak dengan sungguh hati, dan justru karena
gerakannya itu paha mertuaku jadi terkuak yang menyebabkan aku mudah
untuk menyelipkan bibirku keliang nonoknya. Sekali lidahku menyentuh
itilnya, mertuaku langsung ambruk dan terlentang diatas kursi panjang
tanpa berdaya apa apa. Matanya terpejam sambil menggigit bibir, menahan
rasa geli yang aku berikan. Tanpa menunggu lama, aku langsung
mengarahkan kontolku keliang nonok mertuaku dan sekali kedut kontolku
langsung amblas, begitu aku menggerakkan kontolku, mertuaku langsung
merangkul aku dan menggigit pundakku dengan keras sekali, kedua kakinya
diangkat tinggi dan dijepitkan pada pinggangku. Kurasakan nonok mertuaku
sudah longgar, tetapi untuk ukuran kontolku yang over size ini, maka
nonok seperti ini cocok sekali rasanya, karena kalau terlalu sempit
justru membuat aku cepat finish.
Benar saja justru beberapa saat
kemudian mertuaku yang berkelojotan merasakan nikmatnya gesekan kontolku
dan mencapai kepuasannya. Aku tak merasakan perihnya gigitan mertuaku
pada pundakku karena aku sedang asyik memacu kontolku untuk mengejar
ketinggalanku, ketika kurasakan air maniku sudah hampir menyemprot
keluar, kurasakan nonok mertuaku sepertinya makin menjepit kontolku
sehingga aku jadi melenguh panjang dan semprotan demi semprotan air
maniku memancar keluar memenuhi liang nonok mertuaku. Baru saja aku
menikmati empotan nonok mertuaku yang khas itu, tiba tiba saja mertuaku
mendorong badanku sambil berkata ” Roy, ngana nekad sekali, bagaimana
kalau kelihatan anak anak yang lain, Mamie bisa mati berdiri” Aku hanya
menyeringai, kusambar handukku dan aku segera keluar menuju kamar mandi
lagi. Kucuci kontolku yang penuh lendir dan segera keluar dari kamar
mandi. Benar benar aku merasakan petualangan yang hebat, karena aku tak
pernah menyangka bahwa aku dapat mencicipi tubuh mertuaku yang begitu
padat dan seksi serta benar benar berpengalaman membuat pria merasakan
kenikmatan yang sejati.
Aku tahu bahwa dari cara mertuaku
menikmati persetubuhan tadi, dia sudah lama tak pernah merasakan kontol
pria, tetapi aku yakin hal itu tak berarti dia tak pernah merasakannya
semenjak mertua laki lakiku meninggal. Pasti ada satu atau dua pria yang
mengisi kesepiannya dengan memberikan kehangatan seks. Aku sendiri
sebenarnya masih belum puas dengan permainan tadi, karena dengan tubuh
seperti mertuaku itu, rasanya aku masih mampu mendayung dua tiga kali
lagi, tetapi apa mau dikata, mertuaku kuatir kalau diketahui orang.
Ketika aku lewat kamar mertuaku, kulihat kamar itu tertutup rapat,
sebenarnya aku ingin mengetuknya, tetapi saat itu kulihat Evie berjalan
kearahku, sehingga aku mengurungkan niatku itu. Evie tersenyum
melihatku,”kenapa ngana kok baru mandi Roy ?” aku jawab kalau aku
ketiduran karena terlalu lelah. Evie tersenyum manis yang membuat
jantungku berdegup keras, senyuman itu benar benar merangsang dan penuh
isyarat undangan yang dapat kutangkap. Sesampai dikamar, aku berbaring
dulu ditempat tidur, disamping untuk relax, aku juga memikirkan Evie
kakak iparku yang cakep itu. Kalau dilihat dari wajahnya sih memang
cantik isteriku yang juga adiknya, tetapi kalau badannya, isteriku bukan
apa apa dibandingkan Evie yang lebih mirip mamienya itu. Kubayangkan,
apakah mungkin malam ini rejekiku bertumpuk tumpuk sehingga bisa
menyantap ketiga wanita yang ada dirumah ini, memikirkan hal ini aku
jadi tersenyum sendiri. Aku berpikiran bahwa ketiga perempuan dirumah
ini memang kelihatannya nafsunya gede, aku bandingkan mertuaku dengan
isteriku yang juga anaknya, tidak jauh berbeda nafsunya. Entah kalau si
Evie atau Vera, tetapi aku berani bertaruh bahwa mereka itu juga hebat.
Sedang
asyiknya aku melamun, kudengar ketukan pelan dipintu kamarku, aku
melompat dari tempat tidurku membenahi handukku dan membuka pintu itu.
Kulihat Evie dimuka pintu sambil tersenyum dia berkata ” Roy ayo ngana
makan dulu, biar nggak letih itu badan” Aku menyahut “nggak dulu deh Ev,
gimana kalau kita omong omong saja dulu disini, nanti kita makan sama
sama ya” Evie tak menyahut, tetapi dia langsung masuk dan aku dengan
acuh tak acuh menutup pintu itu. Jantungku berdegup keras,”ini dia dapat
lagi satu santapan”. bagiku Evie bukan sekedar merangsangku karena
tubuhnya, tetapi aku lebih tertarik karena dia adalah kakak isteriku
seperti aku juga tertarik pada mertuaku sendiri yang ternyata juga mau
main dengan menantunya itu. Karena kursi dikamar itu hanya satu, maka
agar supaya Evie duduk diatas tempat tidurku, maka aku cepat cepat duduk
dikursi yang cuma satu itu. Benar saja, Evie setelah menoleh kiri kanan
dan tak menemukan tempat duduk maka dia duduk diatas tempat tidurku.
Dengan hanya memakai handuk aku mengajak Evie berbicara sementara mataku
memperhatikan Evie yang memakai duster tanpa lengan itu. Kalau
kuperhatikan, Evie tampaknya tak memakai beha, aku hanya ingin dia
mengangkat tangannya agar aku bisa melihat ketiaknya, apakah lebat
seperti isteriku dan juga mamanya ataukah bersih yang kurang kusukai
itu.
Evie menanyaiku keadaan Jakarta, juga bagaimana keadaan
Novie isteriku disana. Aku bercerita panjang lebar tentang keadaan
keluarga di Jakarta, juga aku ceritakan tentang Vicky adik laki laki
satu satunya yang juga membantu perusahaanku di Jakarta. Pembicaraan
kami jadi makin serius ketika aku mulai menanyakan keberadaan bung
Denny, suami Evie. Denny seorang dokter yang ganteng dan baik sekali,
sayangnya sampai saat ini mereka belum dikaruniai anak seorangpun, entah
siapa yang salah. Ketika kutanyakan dimana bung Denny, Evie menjawab
kalau Denny sedang dinas kedaerah untuk beberapa hari. Hal ini membuatku
gembira karena berarti kesempatanku makin besar untuk menikmati Evie.
“Evie kenapa sih kok belum punya anak juga, apa memang dicegah ?” Evie
tersenyum simpul saja katanya “Bagaimana mau punya anak, kalau
produksinya jarang jarang” Aku tersenyum dan dengan santai aku bercerita
tentang hubunganku dengan Novie isteriku dalam hal seks. Kuceritakan
betapa Novie hampir setiap malam mengajakku untuk main, belum lagi hobby
Novie yang senang posisi macam macam.
Evie hanya menyeringai
saja mendengar ceritaku yang seram itu, aku yakin kalau dia terangsang
mendengarnya. “Roy, kenapa sih Novie kok demikian gede nafsunya, apa
kamu kasih minum obat ya?” Aku jawab enteng, “enggak tuh, tapi biasanya,
perempuan yang bulunya lebat, itu nafsunya juga gede” Evie terkikik
mendengar jawabku itu, aku langsung bertanya lagi ” apakah Evie juga
lebat bulunya, kasih lihat dong !” Evie dengan terus tertawa geli balas
bertanya “bulu apa Roy ?” Kujawab “bagaimana dengan bulu ketiak Evie ?”
Evie dengan malu malu mengangkat lengannya yang putih bersih itu
sehingga aku bisa melihat ketiaknya yang penuh dengan rambut hitam
keriting itu. Aku bergaya tenang saja, padahal hatiku dag dig dug
melihat ketiak yang lebatnya melebihi ketiak isteriku bahkan lebih lebat
dari ketiak mertuaku tadi. Sambil mengatur suaraku agar tak kentara
kalau aku nervous aku berkata lagi “waduh Evie, nafsumu pasti segede
nafsu Novie, malah bisa bisa kamu lebih gede lagi, kalau bung Denny
nggak punya modal yang hebat, pasti rontok deh sama kamu” “Apakah
barangnya Denny gede dan mainnya kuat Ev ? Evie tak menjawab malahan
bertanya “kalau Roy gimana ?” Inilah pertanyaan yang aku tunggu tunggu
langsung saja kujawab “kalau aku sih minimal dua kali semalam ya masih
OK, karena barangku cukup besar untuk membuat Novie puas dalam waktu
yang relatif singkat”
Saat itu dengan sengaja kusingkap handukku
hingga kontolku yang sudah setengah ngaceng itu dapat dilihat dengan
nyata oleh Evie. Evie menjerit lirih melihat kontolku itu, katanya ”
aduh Roy masukkan deh, aku ngeri habis gede sekali sih” Aku tertawa
saja, tanpa berusaha untuk menutup handukku lagi, malah aku bertanya :
“kalau punya Denny seberapa Ev ? Evie menjawab “pokoknya nggak segede
punya kamu deh” “Ah nggak apa apa Ev, Noviepun aku rasa susunya tak
semontok kepunyaanmu, pasti Denny senang karena punya isteri yang
susunya gede” “Coba aku lihat Ev, sebentar saja” Evie tertawa tawa malu
namun dibukanya kancing dusternya bagian atas sehingga terbukalah buah
dadanya yang putih mulus tanpa beha itu. Benar benar besar dan padat
sekali, pentilnya coklat muda dan dibeberapa tempat kulihat masih ada
bekas gigitan yang berwarna merah. Aku berdiri dan mendekati Evie,
kataku “aduh Evie, susumu bagus sekali, aku kepengen memegangnya ya”
tanpa menunggu aku sudah meremas buah dada yang montok itu, sementara
karena tadi handukku terlepas, maka ketika aku berdiri aku sudah tak
memakai apa apa lagi. Sengaja kupepetkan badanku ketubuh Evie sehingga
sementara tanganku meremas susu Evie, kontolku yang panjang itu
menggeser geser lengan Evie. Evie hanya diam saja merasakan remasan dan
pelintiran jariku pada putingnya. Bahkan dia berkata “Roy aku boleh
pegang barangmu ya!” Aku tak menjawab, hanya kontolku kusorongkan
kearahnya, dengan gemas Evie balas meremas kontolku dan entah disengaja
atau tidak Evie menarik kontolku sehingga aku terjerembab keatas tempat
tidur menimpa tubuhnya.
Saat itu aku langsung memeluknya dan
mencium bibirnya yang tebal dan menantang itu. Evie membalas ciumanku
dengan menggigit bibir bawahku pelan pelan seperti dimamah. Aku membalas
ciuman Evie dengan menyelusupkan lidahku kedalam rongga mulutnya yang
dibalas Evie dengan menghisap ujung lidahku itu. Benar benar jago
berciuman, sementara bibir kami bertautan, tanganku mulai mengembara
kepaha Evie, kurasakan celana dalamnya menutupi bukit nonoknya, karena
itu pelan pelan kutarik celana dalam itu hingga terlepas, ketika kuraba
bukit nonoknya aku merasakan kerimbunan yang sangat tebal. Ketika jariku
berusaha mencari liang nonok Evie, aku berhasil menyentuh itil Evie
yang sudah membengkak dan keras itu. Nonok Evie sudah licin dengan
cairan sehingga jariku dengan mudah menelusup kedalam liangnya yang
hangat dan terus menerus mempermainkan itilnya itu. Saat itu Evie
berbisik agar supaya aku mengunci pintu lebih dahulu. Dengan tergesa
gesa aku menuju pintu serta menguncinya. Kembali ketempat tidur kulihat
Evie sudah membuka dusternya sehingga tubuhnya yang montok dan putih
mulus itu terpampang dihadapanku. Kaki Evie sudah direntangkannya
sendiri membuat liang nonoknya yang berwarna merah tua itu merekah
berkilat karena lendir yang membasahinya. Aku tak mau lagi menunggu
terlalu lama, kuarahkan kontolku keliang nonoknya dan pelan pelan
kutusukkan keantara bibir nonok Evie, aku sengaja tak memasukkannya
sekaligus karena aku kepengen Evie yang bereaksi menekan kontolku agar
masuk semuanya.
Evie yang sudah bernafsu itu menekan pantatku
sehingga akhirnya kontolku amblas dalam liangnya. Begitu Evie merasakan
ujung kontolku sudah menyentuh leher rahimnya, dia langsung memutar
mutar pantatnya seperti ayakan agar supaya ujung kontolku itu makin kuat
menggeser leher rahimnya. Kulihat mata Evie terpejam rapat, begitu juga
bibirnya. Setiap kali dia merasakan kegelian pada nonoknya, Evie
merintih, aku dapat mengetahui hal ini karena setiap kali merasa geli,
nonok Evie selalu mengejang. Ku biarkan saja Evie memuaskan dirinya,
sementara aku asyik menciumi susunya yang montok itu, aku sama sekali
tak berani menggigit susunya karena aku kuatir kalau bung Denny curiga.
Merasa kurang puas dengan posisi dibawah, Evie mendorong tubuhku dan
menyuruhku terlentang dengan posisi kontolku menjulang keatas, dengan
gemetar ia mengangkangi kontolku dan ditepatkannya ujung kontolku
keantara bibir nonoknya, sambil tetap menggenggam kontolku, Evie pelan
pelan menurunkan badannya sehingga kontolku tertelan oleh jepitan
nonoknya itu, tanpa sungkan sedikitpun Evie dengan penuh nafsu mulai
menaik turunkan pantatnya, matanya terpejam rapat dan susunya terguncang
guncang karena gerakan Evie yang cepat itu. Evie merintih ” Ssst…Roy,
barangmu rasanya mekar ya, aduh geli sekali Roy, aku tak tahan lagi
Roy………..! Gerakan Evie yang tadinya ritmis meskipun cepat itu mendadak
jadi seperti tersendat sendat, Evie meremas sendiri susunya dan
“…….aduh…… Roy, aku .kkkkkellluuuuuuaaarrrrr ! Kurasakan nonok Evie
mengejang seakan memijat batang kontolku yang masih belum merasakan apa
apa itu. Memang setelah sekali memuntahkan sperma setelah main dengan
mamie mertuaku, aku sekarang jadi agak kebal terhadap geli, jadi
meskipun kontolku ngaceng dan siap tempur, tetapi justru spermaku yang
tak mau keluar sehingga membuat aku jadi berang juga. Setelah kulihat
Evie berhenti bergerak dan menelungkup diatas dadaku, aku langsung
menggulingkan tubuhku sehingga sekarang Evie yang ada dibawah lagi. Aku
segera memompa lagi nonok Evie yang masih basah kuyup dengan lendir itu,
aku tak perduli dengan suaranya yang berkecipakan itu.
Keringatku
bertetesan sementara pantatku terus bergerak untuk memompa sperma
keujung kontolku. Evie berkali kali merintih karena ia kembali mengalami
orgasme, padahal aku belum apa apa sama sekali. Karena kurasakan nonok
Evie licin sekali, maka aku mengeluarkan kontolku dan kubersihkan nonok
Evie dengan handukku agar lebih kering dan tidak terlalu menimbulkan
suara, Evie hanya diam saja, dia benar benar sudah keok, tangannya
terentang dan pahanya mengangkang sementara dispreiku penuh dengan
bercak bercak lendir dari dalam nonok Evie. Ketika sudah cukup kering,
kembali aku mengarahkan kontolku keliang nonok Evie, Evie sendiri
membantuku dengan merentangkan liang nonoknya agar aku mudah untuk
menyelipkan kontolku diantaranya. Mendadak saja, kami sama sama
terperanjat karena dipintu terdengar ketukan serta suara Vera yang
memanggil namaku. Evie segera mendorong tubuhku dan mengambil dusternya,
dengan tergopoh gopoh ia lari kejendela dan melompat keluar dari
jendela yang tertutup kerimbunan pohon pohon itu, sebelumnya masih
sempat ia mencium serta menggigit bibirku sambil berpesan agar nanti
malam aku datang kekamarnya.
Aku hanya tersenyum, setelah kulihat
Evie sudah lenyap, aku segera memakai handukku lagi dan membuka pintu
untuk Vera. Vera terkejut melihat wajahku yang merah padam serta tubuhku
yang penuh keringat itu. Ia bertanya dengan pelan ” kenapa ngana Roy ?”
Kujawab kalau aku barusan berolahraga, tanpa kusuruh Vera masuk kedalam
kamarku dan berkeliling memeriksa kamarku itu, aku diam saja melihat
tingkah adik iparku itu, ketika ia melihat bercak bercak dispreiku ia
menoleh kearahku dan tersenyum ” itu apa Roy ?” Aku agak gelagapan juga
mendengar pertanyaan Vera itu, aku terdiam dan tak menjawab sedang Vera
sendiri juga tak bertanya lagi, hanya matanya saja yang menatap tonjolan
kontolku yang ada dibalik handuk itu. Ketika kupersilahkan untuk duduk,
Vera langsung duduk dikursi sambil berkata, “Roy ayo kita makan, Mamie
menunggu”. “Tunggu ya Roy mau ganti dulu ya !”. Meskipun tahu kalau aku
mau ganti pakaian, Vera tetap saja duduk dikursi itu, aku jadi salah
tingkah, apakah memang Vera ini juga doyan seperti yang lainnya ? Karena
sudah dua kali mendapat green light, kali ini aku juga mau mencoba
rejekiku, paling tidak aku bisa menunjukkan pada Vera kontolku yang
seperti anak kucing itu, pasti dia tak akan pernah lupa sampai kapanpun.
Dengan
pikiran seperti ini, aku langsung saja melepaskan handukku sehingga
kontolku yang masih ngaceng itu, langsung menyembul keluar. Meskipun
posisiku agak jauh dan menyamping disisi Vera, tetapi aku yakin Vera
melihat keadaanku yang telanjang itu,.Sengaja aku minta tolong Vera
untuk mengambilkan parfumku yang ada dimeja, dengan tenang Vera berjalan
kearahku sambil tersenyum senyum katanya “Roy barang ngana mengerikan
ya, kenapa dingin begini kok malahan berdiri ? Aku menjawab dengan
cepat, ” Dia berdiri karena melihat kamu yang tak pakai beha itu ! Susu
kamu membuat dia marah marah ! Vera tertawa menyeringai. Memang dari
balik dusternya yang tipis jelas sekali kelihatan kalau Vera tidak
memakai beha, susunya besar dan padat sekali, bahkan pentilnya kelihatan
menonjol. “Susu kamu besar sekali Ver, punya Novie tak ada apa apanya
dibanding punya kamu lho !
Vera hanya tertawa, malahan ia sengaja
membusungkan dadanya sambil berkata ” Ia dong, ini kan Vera rawat baik
baik, setiap hari Vera massage biar montok dan kencang ! Ketika Vera
menyerahkan botol parfum itu, langsung saja kutangkap tangannya dan
kutarik Vera sehingga susunya menempel didadaku yang telanjang itu, Vera
hanya tersenyum sambil memandangku, langsung saja aku cium bibirnya
yang merekah tipis itu. Vera dengan hangat membalas ciumanku, sementara
tangannya langsung saja sudah meremas kontolku. Ketika kuremas susu
Vera, Vera malahan menyuruh aku membuka dusternya itu, ketika sudah
kubuka, Vera langsung berjongkok dan mengulum kontolku itu. Kuluman Vera
benar benar ganas, dijilatinya ujung kontolku serta dikulumnya kontolku
sampai habis dan digigitnya pelan pelan. Aku yang sebenarnya sudah
kebal selama permainan dengan Evie tadi sekarang benar benar jadi
keenakan. Cepat cepat kutarik kontolku dan kudorong Vera ketempat tidur
untuk langsung kusetubuhi, Vera mandah saja ketika kudorong ketempat
tidur, ketika kuturunkan celana dalam Vera, aku terperangah karena tidak
seperti mertuaku atau seperti kakaknya, Vera sama sekali tak berjembut,
nonoknya licin, persis seperti bayi, ketika kubuka liang nonoknya,
itilnya yang merah itu kelihatan sudah membatu.
Aku langsung naik
keatas tempat tidur dan kutindih Vera sambil mengarahkan kontolku
keliang nonoknya itu. tetapi Vera merangkulku sambil berbisik “Roy,
ngana masih perawan, masukan saja dipantat ya ” ! Aku terkejut lagi
mendengar pengakuan Vera ini, Vera langsung mengganjal pantatnya dengan
bantal sambil mengangkat kedua pahanya tinggi tinggi. Kulihat nonok Vera
memang masih rapat seperti garis, tetapi lubang pantatnya yang justru
agak menganga menanti coblosan kontolku. Langsung saja aku mendekatkan
kontolku keantara kedua selangkangannya dan dengan tenang Vera menuntun
kontolku kearah liang pantatnya itu. Ketika sudah tepat arahnya, Vera
menepuk pundakku sementara matanya terpejam erat.
Dengan pelan
pelan kudorong kontolku memasuki liang pantat Vera, terasa peret sekali
dan agak sulit untuk maju. Kulihat Vera agak menyeringai merasakan
desakan kontolku yang besar itu diliangnya, tetapi dia malahan menekan
pantatku agar kontolku bisa masuk makin dalam. Dengan lancar akhirnya
kontolku bisa masuk semuanya, tanpa menunggu dua kali aku langsung
menggoyang pantatku mendayung Vera. Vera dengan sigap menarik kepalaku
dan menciumi bibirku, dengan bibir yan bertautan aku terus merasakan
kenikmatan pantat Vera yang seret itu. Tanganku asyik meremas susu Vera
yang montok dan kenyal itu dengan penuh nafsu. Rasa nikmat yang kudapat
benar benar lain daripada yang lain, belum lagi rasa kuatir ketahuan
oleh orang, karena sebenarnya aku kan diajak makan, menyebabkan nafsuku
makin memuncak sehingga mendadak spermaku sudah menyemprot nyemprot
dalam liang pantat Vera. Vera sendiri menggigit bibirku, rupanya dia
juga mencapai kenikmatannya dengan hanya berciuman dan diremas remas
susunya. Ketika aku sudah merasa lega, langsung aku cabut kontolku dan
Vera sendiri langsung memakai dusternya serta lari keluar kamarku tanpa
berkata apa apa lagi. Aku tertawa geli, tak kusangka bahwa seisi rumah
ini dapat kulahap dalam sekali jalan. Andaikan saja Novie ikut, berarti
aku sekaligus akan menyantap empat orang…