Ika, Gadis Bandung Yang Genit dan Seksi
Cerita ini bermula waktu umurku masih 23
tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota
Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku
selalu berolahraga seminggu tiga kali. Teman-*temanku bilang, kalau aku
bermobil pasti banyak cewek cantik sexy yang dengan sukahati menempel
padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik
orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah.
Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku
sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan
berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya. Dalam masalah
pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan
remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh
walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat
‘muntah” juga. Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan
menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku
menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran
sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek
perempuan.
Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut,
sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku
pergi ke kosnya. Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis
tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di
ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m.
Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan
ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di
antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.
lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis
sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah,
anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak
bungsu masih di SMP. Menurut desas-desus yang sampai di telingaku,
menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang
kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika. Dia
dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut
penilaianku, Ika seorang playgirl. Walaupun sudah punya pacar, pacarnya
kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki
lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun
suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.
lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun.
Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin.
Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping. Buah dadanya padat dan
besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga
pantatnya membusung dengan montoknya. Untuk gadis seusia dia, mungkin
payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena
terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan
mulus. Lehernya jenjang. Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit
mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau
memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas
bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.
Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras
rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika
mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat
sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan
jelasnya.
“Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi
sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.
“He… masa?” balasku.
“Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum
menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau
mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…
“Ah, neng Ika macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”
Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai
adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel
berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat
saja. Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan
selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu
isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?
“Wah%