Guru Yang Beruntung Part III
Sekujur tubuhnya menggigil merasakan nikmatnya lidah yang tertanam di
lubang vaginanya, lidah yang dapat ia perlakukan sesuka hatinya. Seolah
ada 'penis' kecil tertanam di lubang kemaluannya. Ia menggigil merasakan
sensasi nikmat yang luar biasa dalam terpaan dinginnya angin malam yang
berembun. Bulu-bulu roma di sekujur tubuhnya merinding ketika merasakan
lahapnya lidah dan mulut lelaki itu menghisap-hisap, menanti lendir
orgasme yang akan tumpah dari vaginanya.
"Aarrgghh.., hasshh.., hasshh.., aarrgghh, aarrgghh, aarrgghh..!" rintihnya berkepanjangan ketika 'menumpahkan' orgasmenya.
Ia masih merintih-rintih bekepanjangan ketika merasakan liarnya lidah
lelaki itu menjentik-jentik bibir dalam vaginanya. Lidah itu masih rajin
bergerak seolah belum terpuaskan dengan segumpal lendir yang telah
mengalir dari lubang vaginanya.
Theo masih menjilat-jilat. Sesekali mengulum bibir luar vagina gadis
yang masih terengah-engah itu. Ia pun merasakan nikmat yang luar biasa
ketika merasakan lendir orgasme gadis remaja itu mengalir ke
kerongkongannya. Mungkin karena dinginnya terpaan angin, lendir orgasme
yang ditelannya terasa lebih hangat dari biasanya. Paha yang menekan
pipinya pun terasa lebih hangat. Dan.., hentakan-hentakan pinggul itu
lebih liar dari biasanya!
"Ooh Theo, nikmatnya!" desah Debby sambil menatap bola mata lelaki yang
masih dijepitnya di pangkal pahanya. Jari-jari tangannya mengusap-usap
dahi dan rambut lelaki itu. Dibelai-belainya dengan mesra. Bibirnya
tersenyum bahagia.
"Sekarang kita ke kamar yuk!" sambungnya sambil mengangkat pahanya dari pundak lelaki itu.
Di atas 'king size bed' tergeletak tubuh telanjang seorang gadis belia.
Tubuh itu tergeletak dengan pose yang sangat menantang. Satu kaki
terbujur lurus di atas kasur, dan yang sebelah lagi menekuk setengah
terbuka mengangkang. Dan bibir gadis itu tersenyum manis. Merekah. Di
cermin besar di dinding, bayangan tubuh indah itu terpantul seutuhnya.
Seolah ada dua gadis belia yang sedang telanjang atas tempat tidur. Theo
menaiki tempat tidur dan menjatuhkan dadanya di antara kedua belah paha
gadis belia itu. Lalu dengan gemas, diciumnya pusar gadis itu.
"Theoo, geli!"
Theo tersenyum sambil mengangkat kepalanya. Tapi tak lama kemudian
diulang-ulangnya mencium hingga membuat gadis belia itu menggelinjang
beberapa kali. Lalu ia merasakan dua buah lengan yang menarik dagu dan
rambutnya. Dengan menggunakan kedua siku dan lututnya, ia merangkak
hingga wajahnya terbenam di antara kedua buah dada gadis itu. Dikecupnya
lekukan buah dada yang putih itu. Lidahnya sedikit menjulur ketika
mengecup. Kecupan basah. Ia tak merasa puas bila lidahnya tak merasakan
kehalusan kulit buah dada gadis belia itu.
Tak lama kemudian, lidahnya melata menjilat buah dada yang sebelah
kanan. Diulangnya beberapa kali hingga buah dada itu mulai basah tersapu
air liurnya. Ia berhenti sejenak untuk menatap keindahan puting di
pucuk buah dada itu. Lalu tangannya kirinya bergerak mengusap bagian
bawah buah dada itu, kemudian bergerak ke arah atas sambil meremas
dengan lembut. Sesaat ia menahan nafas menikmati kekenyalan buah dada
itu di telapak tangannya. Remasannya membuat puting itu terlihat semakin
tinggi. Menggemaskan. Dan dengan cepat dikecupnya puting buah dada yang
masih kecil itu. Dikulumnya sambil mengusap-usapkan tangan kanannya di
punggung gadis itu.
"Kau murid yang cantik sekali," kata Theo sambil mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.
Debby tersenyum. Ia senang mendengar pujian itu. Dirangkulnya leher guru
matematika yang disayanginya itu dengan tangan kirinya, kemudian
diciumnya bibir lelaki itu dengan mesra. Dihisapnya lidah yang menyusup
ke bibirnya. Dihisapnya sambil mengait-ngaitkan ujung lidahnya. Tak lama
kemudian, tangannya kanannya bergerak ke arah pangkal paha lelaki itu.
Setelah mengusap-usap beberapa kali, digenggamnya batang kemaluan lelaki
itu. Lalu diarahkannya cendawan batang kemaluan itu ke celah di antara
bibir vaginanya yang mulai berlendir.
"Ambil hadiahnya, Theo," bisik gadis itu sambil mengusap-usapkan cendawan itu ke bibir vaginanya.
Theo menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di ujung
batang kemaluannya. Untuk pertama kalinya lendir dari celah bibir vagina
gadis belia itu mengolesi ujung cendawannya. Batang kemaluannya menjadi
semakin keras. Urat-urat berwarna hijau di kulit batang kemaluannya
semakin membengkak. Setelah menunjukkan kesabarannya selama sebulan,
kesabaran mencumbui vagina gadis itu hanya dengan lidahnya, ternyata
kesabarannya membuahkan hasil. Gadis itu akhirnya memberikan hadiah
istimewa yang akan membawanya ke pintu surga dunia. Hadiah istimewa yang
tak pernah diduganya akan diberikan oleh salah seorang muridnya.
Theo sedikit menekan pinggulnya agar cendawan itu terselip di bibir
vagina yang berwarna pink itu. Ia menatap wajah gadis belia itu ketika
merasakan pinggul yang ditindihnya menggeliat. Dengan tambahan tekanan
yang lebih keras, cendawan batang kemaluannya akhirnya terselip. Ia
menahan nafas ketika merasakan hangat dan sempitnya bibir vagina itu
menjepit cendawan kemaluannya. Setelah sebulan bersabar, akhirnya vagina
yang segar ini dapat kumiliki, katanya dalam hati. Lalu ia mulai
menciumi leher gadis itu. Dadanya direndahkan hingga menekan kedua buah
dada gadis itu. Ia sengaja melakukan hal itu karena ingin merasakan
kekenyalan buah dada itu ketika menggeliat. Ia yakin gadis itu akan
mengeliat-geliat ketika ia mendorong batang kemaluannya lebih dalam.
"Ohh.., Theo." Theo menciumi telinga gadis itu.
"Belit pinggangku dengan kakimu, Sayang," bisiknya di sela-sela ciumannya.
Tangan kirinya meremas buah dada gadis itu, sedangkan tangan kanannya
mengelus-elus paha luar yang baru membelit pinggangnya. Lalu ia
mendorong batang kemaluannya lebih dalam. Sesak! Perlahan-lahan ia
menarik sedikit batang kemaluannya, kemudian mendorongnya. Hal itu
dilakukannya beberapa kali hingga ia merasakan cairan lendir yang
semakin banyak mengolesi cendawan kemaluannya.
Sambil menghembuskan nafas berat, didorongnya batang kemaluannya lebih
dalam hingga ujung cendawannya menyentuh sesuatu. Ia menahan gerakan
pinggulnya ketika melihat gadis belia itu meringis. Ia tak ingin
menyakiti murid yang sangat disayanginya itu. Selain itu, tubuhnya
sendiri pun bergetar merasakan sempitnya lubang vagina itu. Dadanya
berdebar-debar ketika ia membiarkan ujung kemaluannya bersentuhan dengan
selaput tipis yang sebentar lagi akan dirobeknya.
"Sakit, Theo!"
"Tahan sedikit ya, Sayang."
Theo kembali menarik batang kemaluannya hingga hanya ujung cendawan
kemaluannya yang terselip di bibir luar vagina sang gadis. Lalu
didorongnya kembali perlahan-lahan. Diulangnya beberapa kali. Ia diam
sejenak mengamati raut wajah yang cantik itu ketika ujung kemaluannya
kembali menyentuh selaput tipis itu. Mata gadis itu setengah terpejam,
tetapi bibirnya sudah tidak meringis.
"Debby, nanti dorong pinggulnya, ya," katanya sambil menarik kembali batang kemaluannya.
Lalu diciumnya bibir gadis itu dengan lahap. Ia tak ingin mendengar
gadis itu menjerit ketika ia mendorong kembali batang kemaluannya.
puting buah dada gadis itu diremasnya dengan jempol dan jari
telunjuknya. Dan ketika merasakan gadis itu mendorong pinggulnya, dengan
cepat didorongnya pula batang kemaluannya.
"Hmm.., hhmm..!" gumam gadis itu sambil mengisap lidah Theo sekeras-kerasnya.
Ia hanya dapat bergumam ketika merasakan batang kemaluan Theo menghunjam
ke dalam lubang vaginanya. Sekejap, tiba-tiba ia merasakan nyeri ketika
batang kemaluan itu menembus selaput di lubang vaginanya. Ia
menggeliat-geliat berusaha untuk melepaskan diri. Tapi semakin ia
menggeliat, batang kemaluan itu masuk semakin dalam. Akhirnya ia pasrah,
diam tak bergerak!
Theo menahan gerakan pinggulnya. Ia telah mendapatkan hadiah yang
dijanjikan gadis itu. Tapi ia tidak ingin egois. Ia tidak ingin melihat
gadis belia itu meringis kesakitan ketika memberikan hadiahnya. Ia akan
membuat gadis itu bahagia dan turut menikmati memberiannya. Oleh karena
itu, ia menghentikan gerakan pinggulnya. Sesaat, ia hanya membelai-belai
rambut di dahi gadis itu. Lalu mengecup keningnya dengan mesra. Tak
lama kemudian, bibir gadis itu dikecupnya dengan lembut. Dikulumnya
dengan penuh perasaan. Ia baru menarik batang kemaluannya perlahan-lahan
setelah merasakan lidah gadis itu menyusup ke dalam mulutnya.
Setelah menyadari tak ada perubahan di raut wajah gadis itu, Theo
kembali membenamkan batang kemaluannya perlahan-lahan. Kali ini ia hanya
mendengar gadis itu mendesis beberapa kali sambil merangkul lehernya
erat-erat. Ia pun merasakan dua buah kaki yang semakin erat membelit
pinggangnya. Ia masih tetap mendengar gadis itu mendesis ketika menarik
batang kemaluannya.
Setelah menarik nafas panjang, dan tak sanggup lagi menahan
kesabarannya, ia menghentakkan pinggulnya sedalam-dalamnya hingga
pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal paha gadis itu. Ia mendesah
beberapa kali ketika merasakan seluruh batang kemaluannya terbenam ke
dalam vagina gadis itu. Bahkan ia merasakan ujung kemaluannya menyentuh
mulut rahim gadis belia itu. Sejenak ia diam tak bergerak. Ia sengaja
membiarkan batang kemaluannya menikmati sempitnya lubang vagina itu. Ia
terpejam merasakan remasan lembut di batang kemaluannya ketika vagina
itu berdenyut.
"Aarrgghh.., ooh, ohh..," rintih debby ketika seluruh batang kemaluan
lelaki yang disayanginya itu telah terbenam ke dalam lubang vaginanya.
Ia merasakan pedih dan nikmat di sekujur tubuhnya. Rasa yang membuat
bulu-bulu roma di sekujur tubuhnya meremang, yang membuat ia terpaksa
melengkungkan punggungnya.
Kuku-kuku jari tangannya menancap di punggung lelaki itu ketika ia
merasakan biji kemaluan Theo memukul lubang duburnya. Ia semakin
melengkungkan punggungnya menjauhi kasur ketika lelaki itu menarik
batang kemaluannya. Ia tak mampu bernafas ketika merasakan nikmatnya
saat bibir dalam vaginanya tertarik bersama batang kemaluan itu.
Tak ada lagi pedih yang tersisa. Hanya ada nikmat yang menjalar dari
vaginanya, nikmat yang membuat punggungnya terhempas ke atas kasur
ketika lelaki itu kembali menghunjamkan batang kemaluannya. Ia menggigit
bibirnya meresapi kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya. Klitoris
yang tergesek ketika gurunya yang jantan itu menghunjamkan batang
kemaluannya. Kenikmatan itu membuat ia terengah-engah karena hanya
mendapatkan sedikit udara setiap kali ia menarik nafas.
Theo mendesah setiap kali mendorong batang kemaluannya. Seumur hidupnya,
Ia tak pernah merasakan ada vagina yang menjepit batang kemaluannya
sekeras itu. Vagina sempit yang membuat telapak tangannya harus menekan
kasur sekeras-kerasnya ketika ia menarik batang kemaluannya. Akhirnya ia
tertelungkup di dada gadis itu. Tangannya menyusup ke balik punggung
dan menggenggam kedua bahu gadis itu. Ia terpaksa hanya mengandalkan
lututnya untuk menekan kasur agar ia tetap dapat mengangkat dan
mendorong pinggulnya. Ia hampir tak mampu membendung air maninya lebih
lama lagi. Dipandangnya pangkal pahanya. Air mani di kantung biji
kemaluannya terasa semakin meronta-ronta ketika ia melihat bibir luar
vagina mungil itu ikut terbenam setiap kali ia mendorong batang
kemaluannya.
"Aarrgghh.., Debbyy..!" desah Theo.
Nafasnya mendengus-dengus. Kelopak matanya terbeliak-beliak. Telinganya
mendengar bunyi "plak" setiap kali ia menghunjamkan batang kemaluannya.
Bunyi yang sangat mesra itu terdengar setiap kali pangkal pahanya beradu
dengan pangkal paha gadis belia itu. Bunyi itu semakin keras terdengar
setiap kali gadis itu mengangkat pinggulnya untuk menyongsong batang
kemaluannya yang menghunjam.
"Aarrgghh.., Debby, aaku.. Aaku.."
"Theoo.., aarrgghh..!"
Theo tak mampu lagi mengendalikan air mani yang meronta-ronta. Tekanan
air mani di kantung biji kemaluannya terasa sangat kuat. Ia masih
mencoba bertahan. Tapi semakin lama vagina yang menelan kemaluannya
terasa meremas semakin kuat. Remasan yang berdenyut-denyut, seolah ingin
menghisap air mani yang tertahan di batang kemaluannya.
"Aarrgghh.., aarrgghh.., aku pipiiss..," raung Theo ketika merasakan air maninya menerobos lubang saluran kemaluannya.
Ia menghunjamkan pinggulnya sekeras-kerasnya agar ujung cendawannya
tertanam sedalam-dalamnya ketika air maninya menerobos ke luar dari
kantung biji kemaluannya. Ia mencengkeram kedua bahu gadis itu dengan
erat saat ia pun merasakan gigitan manja di bahu kanannya..
"Theoo, aarrgghh.., aarrgghh.., Debby pipiiss jugaa..!" rintih gadis
belia itu ketika merasakan air mani yang sangat panas 'menembak' mulut
rahimnya!
Akhirnya setelah sang gadis mempersembahkan hadiah istimewanya untuk sang kekasih, mereka tidur berpelukan.
TAMAT