Ngeseks Dengan Anak Majikan
Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai
sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya
raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka,
Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit
dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia
bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang
sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan
mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun
lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga
lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki
olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat
mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari
Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain
dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju
halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.
Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida
sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang
melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu
yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka
bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar
dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba
sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan
udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik
Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…”
Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya.
Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin
tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang
nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu,
kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida
menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip
maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku
bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau
jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.
Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida
menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi
laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
ali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,
“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga
masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud
dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika
ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit
kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya,
lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm
errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya
ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang
masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit
mang Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi
nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia
tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri
dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada
ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi
batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala bergilir , sebentar
ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik kekanan Oleh Feilin
dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh Nia, Sambil
menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga Gadis Chinese sesekali bercanda
, tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik
keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga Chinese , kudorong
bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok
seragam Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang
dihadapanku.
Aku memandangi wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam
putihnya, Feilin hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku.
“Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar
begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi
siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering
tersinggung dengan permintaan Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali
menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan
aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati
aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong
“Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya
seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua Chinese
Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!”
Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri kaki Feilin aku
menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik ,
Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku.
Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus selangkangan Feilin.
“Good Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik
kebahuku namun kemudian dengan kasar menendang bahuku sehingga aku
terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang kebelakang, aku semakin geram dengan
perlakuan Feilin yang semena-mena . “Feilin jangan gitu donggg kan
kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…”
Tarida juga ikut membelaku, Tarida dan Nia memang baik hati berbeda
sekali dengan Feilin, Gadis Chinese yang satu ini memang bandel, genit,
nakal, dan galak.
“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar
disofa. Tarida dan Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan
?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin
memang seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…”
Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika Tarida
menyuruhku agar menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri
mematung menatap mata Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes
kayak balon panjang aja….. kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg
supaya he he he he” Tarida mengodaku, terus terang aku masih geram
dengan perlakuan Feilin sehingga nafsu seksku turun. Tarida meraih
tanganku dan meletakkan tanganku pada buah dadanya “Terserah mang Dhani
mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan tatapan matanya yang
menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena guyuran minyak ,
kedua tanganku kini meremas-remas buah dada Tarida, aku membalikkan
tubuh Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas
kedua dada Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku melepaskan
kancing baju seragam Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian seragam
Tarida , aku melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih
Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut buah dada
bagian bawah yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik Nia, hatiku
merasa tersentuh karena Nia yang baik seperti kebingungan , aku menarik
tangannya dan juga membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan pakaian
seragam sekolah Nia dan juga Bra warna pink yang dikenakannya. “Ihhhhhh
mang Dhani serakah amattt he he he Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun
mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku yang satu bergerilya
meremas-remas buah dada Nia sedangkan yang satunya asik meremas-remas
buah dada Tarida. Tarida menarik wajahnya sehingga ciumanku terlepas,
kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku, diselipkannya kepala
kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat, kemudian Tarida
menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari mana Non ? ” Aku
bertanya pada Tarida. Tarida tidak menjawabku ia hanya tersenyum,
kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan buah pantat Tarida.
“Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida malah balik bertanya
padaku.
Lima belas tahun yang lalu
“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada seorang
gadis cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi buah
dadanya dan kemudian..
“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika aku
meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang
indah
“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba
didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka
menghajarku, menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah banjir
darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan bensin….
Dan…
“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara Tarida tiba-tiba
menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir Tarida, Nia menggeliat
melepaskan tubuhnya dari pelukanku, kemudian Nia bersujud dihadapan
Tarida dan… “Uchhhh Niaaa….. enakk…”tubuh Tarida menggelepar hebat
ketika Nia menjilati bibir Vagina Tarida. Kedua tanganku mencengkram
pinggul Tarida kemudian aku menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut,
tubuh Tarida bergerak terdorong perlahan kadang-kadang ia terdorong
dengan kuat ketika aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan
pantatnya. Serangan Nia dan seranganku membuat Tarida meringis-ringis
dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh Tarida mengeliat indah dan terkulai lemas
dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku melepaskan
Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat Nia yang masih
asik menjilati vagina Tarida, Aku mengangkat tubuh Nia, kudorong
tubuhnya agar berpelukan dengan Tarida dan mereka berciuman dengan
lembut. Aku bersujud dihadapan buah pantat Nia, tanganku meremas-remas
buah pantatnya yang padat dan kencang kemudian lidahku terjulur
memoles-moles sela-sela pantat Nia, Nia menggoyang-goyangkan pantatnya ,
rupanya dia kegelian. Aku menekan buah pantat Nia dan kemudian lidahku
menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat menggeliat kedalam anus Nia.
“Auhhhh…. Mang Dhanii….” Nia menarik pantatnya dan menepiskan tanganku
yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?” Tarida bertanya karena
tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan Nia jadi terganggu.
“Lidah mang Dhani… Euh.. “ Nia tidak melanjutkan kata-katanya, wajahnya
merah padam. Aku merangkak dan menghampiri Nia, lidahku terjulur
menjilati Vagina Nia, tubuh Nia bergetar hebat, rintihan-rintihan Nia.
Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih mengasikkan
“Non.. kalau dicelup gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada Nia. Nia
memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang Dhani……….” Nia tidak
melanjutkan kata-katanya sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi…
aku masih perawan manggg..” Nia tampak keberatan. “Ya ngak masalah… kan
Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x lebih nikmat
ketimbang dijilat…..”kataku ambil mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa
menunggu jawabannya aku menidurkan Nia diatas permadani bermotif bunga
matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai itu…” Nia
menggeser pantatnya ketika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku
menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya
kan didalam… jadi kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja
koqq”Aku menjawab keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada
dibuku pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum
sambil menangkap kedua kaki Nia. Nafas Nia terdengar sangat berat ketika
aku mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan mungilnya.
“Hmmhh… “pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha mencelupkan
kepala kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan
berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret akhirnya
menekan sekali lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan
“Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit oleh
bibir Vagina Nia. “Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya terbuka
seperti huruf O, tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan diri
namun aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia.. Mang
Dhani aduhhhh….!!!” Tarida terkejut, sementara nafas Nia yang tadinya
tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur nafasnya , keringat –
keringat nakal mulai membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan
kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya , matanya mulai berair “Mang
Dhani… Hhhh… Hhhhhh” Nia agak terisak, aku kebingungan, Nia menjelaskan
sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya terrengut olehku.
”Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih aman…”Aku
menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan teliti Nia
berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku, sesekali
kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke kanan dan ke
kini, Bibir Vagina Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku juga ikut
monyong keana kemari mengikuti gerakanku. Mata Nia terpejam-pejam,
bibirnya mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala kemaluanku kekiri
dan kekanan. “Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang,
tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang fantastis dan gemulai, keringat
nakal tambah banyak dan kini menetes deras membasahi tubuhnya yang
menggairahkan. “Aku mangg….” Tarida berbaring disisi Nia dan ia
mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya dan
menciumi buah dada Tarida, aku senang banget sama Dada Tarida karena
dadanya lebih gede dibandingkan kedua temannya, ciumanku merambat turun,
turun dan turun sampai hinggap digundukan mungil diantara
selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap diantara
belahan bibir vagina Tarida, Tarida menekan-nekan kepalaku sambil
sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.
Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir
Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai Tarida
mendesis-desis dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik
pinggulnya sambil menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah
tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang ketika kepala kemaluanku
mulai mendesak bibir vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan
kedua tangan Tarida, dan sekali lagi kembali kutempelkan kepala
kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku lalu
ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ”
Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat masuk, Tarida
terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia merintih keras
ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww rrcckkk
Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan yang
datang menerpanya. Feilin menghampiriku namun aku tidak mempedulikannya ,
aku malahan asik memainkan buah dada Nia yang kini kembali
mendesah-desah, sambil mendengus kesal Feilin meninggalkan kami bertiga.
“Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin cemberut, Nia
dan Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak keinginanku
untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian mengantarkan
Nia dan Tarida pulang.
Demikian cerita abg alias daun muda yang gue dapet dari pengalaman
pribadi sebagai sopir, dan kebetulan gue bisa ngeseks dengan anak
majikan gue senidiri. dan ngesek dengan anak majikan ini gue lakuin
tanpa paksaan ataupun tekanan, moga cerita dewasa gue ngeseks dengan
anak majikan ini bisa menghibur.