
Tante Rani Part II
Yuni yang sudah di puncak kenikmatan itu
hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras.
"Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu," bisik Yuni sambil
menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung
tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan
mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah
mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung
mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara
mengelus-elusnya. Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan
laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti
meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie
kesakitan.
"Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah."
Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari membantunya untuk
memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya
untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie
didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya. Yuni hanya menatapnya tanpa
tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya
seperti mengulum ice cream, atau mengulumnya seperti mengulum permen
karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia mengulum
kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan
Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk
karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar.
Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa
diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat
kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung
mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar
mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh
Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa
lipstik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan. Dicium
dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti
patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang
dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama
menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni
sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh
kakaknya yang telah berpengalaman.
Kecupan Yuni kadang kala keluar suara yang keras karena kehabisan nafas.
"Pek.. pek.." suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie
semakin terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus
memagutnya. Tangan Arie dengan trampil telah membuka daster putih yang
dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar
duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu.
Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie
dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie
sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya.
Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh
Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat
di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun
membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan
menggesek-gesekkan sekenanya. Erangan panjang keluar dari mulut Yuni.
"Auu.." sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin
bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan
Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni
sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.
Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit
kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit
kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh
bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie.
Pagutan Arie berganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni
terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan
kecilnya yang telah basah oleh cairan. Harum bukit kemaluan perawan
membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya
tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah.
Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit
wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni
hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali
didapatkannya.
Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang
kemaluannya yang sudah terlalu lama menegang. Arie menarik tubuh Yuni
agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai
dan Arie berdiri di antara kedua paha Yuni.
Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi
ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah
oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas.
Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit
kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni
menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya
tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya
terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di
bibir kemaluan Yuni. Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie
kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya.
Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan
mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan
lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi
dari mulut Yuni. "Aduhh.. Kaak.." erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie
dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang
kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya
perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni.
Yuni mengerang kesakitan, "Kak.. aduh sakit, Kak.."
Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam
liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir
Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus
digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan
rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat
kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang
senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah
nikmat.
Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni,
tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang
kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha
memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. "Aduh.. aduh..
aduh.. Kak," Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. "Kamu
sakit Yuni," bisik Arie di telinga Yuni. "Nggak tahu Kaak ini bukan
seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat.."
Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya
sehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang
senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni
hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan
Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie.
Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat.
"Aduhh.." dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat
merasakan hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit
kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang
keluar dari tubuh mereka berdua.
Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan
semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali
hentakan. "Preet.." Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur
dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie.
"Auh.. auh.. auh.." suara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah
seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni.
"Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas," kata Yuni sambil menahan rasa
nikmat yang tiada taranya. Mendengar itu lalu Arie membalikkan tubuh
Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti
pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie
sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini
dirasakannya.
Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. "Yuni, sekarang bagaimana
badanmu," kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai
menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. "Udah agak enakan
Kak," balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan
ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan
goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah.
Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan
Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetap mengaduh,
"Aduhh.." Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya.
Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya
menggoyang-goyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie
kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin
menjepit seperti tang yang sedang menjepit paku agar paku itu putus.
Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan
batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat Yuni
terangkat. Semburan panaspun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil
itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis
kenikmatan sambil mengerang, "Aduhh.. aduh.. Kak.."
Selang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan
aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo
yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie
membalikkan tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah
Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni
meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat
oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang
kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni. Mendapat hal itu mata
Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu
dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang
senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan
Yuni membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang
bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang
tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya
tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil
memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu
panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.
Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya
sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar
panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie
memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie.
Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang
kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil
Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni.
Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung
jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.
Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie
mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup
dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat
bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung
keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali.
Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging
mengambil sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai
tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang
kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. "Tante
sudah pulang," tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang
kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih.
"Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu
yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang," jawab Tante Rani
sambil tersenyum. "Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan
sarang yang baru ya.." Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. "Ah
Tante, mau cari sangkar dimana," jawab Arie mengelak. "Arie kamu jangan
mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi
kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama
Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni
dan Tante."
Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yang
dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan
kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang
sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah
tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. "Pasti adikku dibuatnya KO
sama kamu yaa.. Buktinya burung kamu tidak mau berdiri," goda Tante
Rani. "Ahh nggak Tante, biasa saja kok."
Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi
adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan
pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan
tanpa melalui KUA karena Yuni masih di bawah umur.
TAMAT